Teknik Penyelamatan Kecelakaan di Air dengan Sistem Resusitasi Jantung dan Paru (RJP) – Salah satu resiko yang mungkin dihadapi saat melakukan olahraga di air adalah peristiwa tenggelam saat di air dan berakibat terhentinya kinerja sistem pernapasan pada korban. Bila hal ini terjadi, pertolongan yang dapat dilakukan adalah dengan membawa korban ke darat dan memberinya napas buatan. Pernapasan buatan merupakan suatu usaha untuk memasukkan oksigen ke dalam paru-paru korban agar dapat bekerja kebali dengan cara mengembangkan dan mengempiskan paru-parunya.
Tindakan awal dalam memberikan pernapasan buatan adalah membersihkan hidung, mulut, dan kerongkongan korban dari segala kotoran yang menyumbat saluran udara. Kemudian baringkan korban sesuai dengan cara pernapasan yang akan diberikan. Sikap penolong disesuaikan pula dengan pernapasan buatan yang akan diberikan. Adapun cara seorang penyelamat dalam memberikan napas kepada korban yang terhenti pernapasannya disebut resusitasi udara embusan.
Resusitasi janting paru bertujuan untuk mengembalikan fungsi pernapasan dan penanganan akibat henti napas (respiratory arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest), yang mana fungsi tersebut gagal total oleh sebab yang memungkinkan untuk hidup normal. Adapun penyebab berhenti napas adalah sebagai berikut.
1. Sumbatan Jalan Napas
Sumbatan ini dapat disebabkan adanya benda asing, aspirasi, lidah yang jatuh ke belakang, pipa trakhea terlipat, kanula trakhea tersumbat, kelainan akut glotis dan sekitarnya 9sebab glotis, pendarahan).
2. Depresi Pernapasan
- Sentral: obat, intoksikasi, Pa O² rendah, Pa CO² tinggi, setelah henti jantung, tumor otak dan tenggelam.
- Perifer: obat pelumpuh otot, penyakit miastenia gravis, poliomyelitis.
Setelah jalan napas terbuka, penolong memeriksa jalannya napas. Ini dapat dilakukan dengan mendengarkan gerak napas pada dada korban. Jika pernapasan spontan tidak timbul kenbali, diperlukan ventilasi buatan. Untuk melakukan ventilasi mulut ke mulut, penolong hendaknya mempertahankan kepala dan leher korban sedemikian rupa, sehingga memudahkan untuk memberikan ventilasi buatan. Tutuplah kedua hidung korban dengan satu tangan atau dua kali ventilasi dalam. Kemudian, segera raba denyut nadi karotis atau femoralis.
Jika tetap henti napas, tetapi masih mempunyai denyut nadi maka berikan ventilasi yang dalam sebesar 800 ml sampai 1.200 ml setiap 5 detik 4,5. Jika denyut nadi karotis tidak teraba, dua kali ventilasi dalam harus diberikan sesudah tiap 15 kompresi dada pada resusitasi yang dilakukan oleh seorang penolong dan satu ventilasi dalam sesudah tiap 5 kompresi dada pada yang dilakukan oleh dua penolong.
Nah itulah sedikit penjelasan mengenai Teknik Penyelamatan Kecelakaan di Air dengan Sistem Resusitasi Jantung dan Paru atau disingkat (RJP), demikian artikel yang dapat saya bagikan dan semoga bermanfaat.