Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

Home » Sejarah » Sumber Sejarah Kerajaan Kalingga

Sumber Sejarah Kerajaan Kalingga

1 min read

Sumber sejarah Kerajaan Kalingga (Holing) – Kalingga adalah nama kerajaan di Jawa Tengah sekitar abad ke-7 M. Kerajaan ini bercorak Buddha. Nama Kalingga berasal dari sebuah nama kerajaan yang ada di wilayah India Selatan. Lokasi kerajaan masih diperdebatkan, kemungkinan berada di sekitar Blora dan Cepu (Jawa Tengah).

Sumber Sejarah Kerajaan Kalingga (Holing)

Sumber Sejarah mengenai Kerajaan Kalingga kebanyakan diperoleh dari sumber Cina, tradisi atau kisah setempat, dan naskah Carita Parahyangan. Sumber manuskrip China ditulis oleh I-Tsing pada masa dinasti T’ang.

Sumber ini menyebut kerajaan dengan nama Holing (Kalingga) dan berlokasi di Cho-Po (Jawa). Dalam catatan tersebut disebutkan hal-hal sebagai berikut.

  1. Disebutkan Kalingga terletak di Jawa di Laut Selatab. Kerajaan Kalingga berada di antara Kamboja di sebelah utara, Bali di sebelah timur, dan Sumatra di sebelah barat.
  2. Pada waktu itu, ibu kota kerajaan dikelilingi benteng yang terbuat dari tonggak kayu.
  3. Raja tinggal di istana kerajaan yang tersusun atas bangunan bertingkat yang besar, mempunyai atap dari pohon aren, serta singgsana dari gading gajah.
  4. Penduduk Kerajaan Kalingga pandai membuat arak dari nira pohon kelapa.
  5. Selain gading gajah dan cula, Kerajaan Kalingga menghasilkan banyak barang tambang berupa perak dan emas.

Di Holing pada tahun 664 M datang seorang pendeta Cina yang bermaksud menerjemahkan kitab suci agama Buddha. Sesampainya pendeta Cina tersebut di Holing, ia mendapat bantuan dari pendeta Holing yang bernama Jnanabhadra. Hal tersebut menunjukkan bahwa Kerajaan Holing memiliki peran yang penting dalam pengembangan agama Buddha.

Prasasti Tuk Mas

Selain itu, sumber sejarah mengenai Kerajaan Kalingga atau Holing adalah dari Prasasti Tuk Mas yang ditemukan di kaki Gunung Merbabu (Jawa Tengah) dan tidak berangka tahun. Dilihat dari bentuk hurufnya Prasasti Tuk Mas ini diperkirakan berasal dari tahun 500 M. Isi prasasti mengenai adanya mata air (tuk) yang jernih dan bersih.

Kehidupan Politik Kerajaan Kalingga (Holing)

Oleh karena terbatasnya sumber sejarah mengenai kerajaan Holing, maka tidak banyak yang dapat diceritakan mengenai kehidupan sosial politik Kerajaan Holing ini.  Dalam berita Cina disebutkan pada tahun 674 M Kerajaan Holing diperintah oleh seorang ratu bernama Sima. Ratu Sima memerintah dengan keras dan adil. Di bawah pemerintahan Ratu Sima rakyat hidup aman dan makmur.

Baca juga: Sumber Sejarah Kerajaan Kutai

Sepeninggal Ratu Sima, Kerajaan Kalingga banyak yang menganut agama Buddha. Hal tersebut dapat dibuktikan dari kedatangan Hwining dari Cina untuk menerjemahkan kitab suci agama Buddha Hinayana selama 3 tahun (664-667 M). Hwining dibantu Jnanabhadra dalam menerjemahkan kitan tersebut.

Kehidupan Sosial Kerajaan Kalingga (Holing)

Berita Cina zaman dinasti T’ang menyebutkan bahwa penduduk Kalingga membuat benteng-benteng kayu dan rumah beratap dari daun kelapa. Adapun raja tinggal di sebuah bangunan yang besar bertingkat, beratapkan daun palem, dan duduk di atas bangku yang terbuat dari gading. Mereka mempunyai kebiasaan makan menggunakan tangan.

Menurut Prasasti Tuk Mas yang bertuliskan huruf Pallawa dalam bahasa Sansekerta diperkirakan sebagian rakyat Kalingga pandai menulis huruf Pallawa dan terampil berbahasa Sansekerta, serta telah mengenal ilmu perbintangan/

Rakyat Kalingga banyak yang menganut agama Buddha. Hal tersebut dapat dibuktikan dari kedatangan Hwining dari Cina untuk menerjemahkan kitab suci agama Buddha Hinayana selama 3 tahun (664-667 M). Hwining dibantu Jnanabhadra dalam menerjemahkan kitab tersebut.

Nah, itulah informasi mengenai letak Kerajaan Kalingga beserta sumber sejarah Kerajaan Kalingga (Holing). Demikian artikel yang dapat saya bagikan mengenai Kerajaan Kalingga dan semoga bermanfaat.

Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *