Mas Pur FollowSeorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!
Home » Sejarah » Sejarah Peristiwa Pertempuran Ambawara Tahun 1945
Sejarah Peristiwa Pertempuran Ambawara Tahun 1945
1 min read
Pertempuran Ambawara (Sejak 26 Oktober 1945) – Ambarawa adalah kota yang terletak di wilayah Jawa Tengah, tepatnya di antara Kota Semarang dan Magelang, atau antara Semarang dan Solo.
Pada tanggal 20 Oktober 1945, tentara Sekutu dibawah pimpinan Brigadir Bethell mendarat di Semarang dengan maksud mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang berada di penjara Ambawara dan Magelang. Kedatangan Sekutu ini mulanya disambut baik. Gubernur Jawa Tengah Mr. Wongsonegoro bahkan menyepakati akan menyediakan bahan makanan serta bantuan lain yang diperlukan demi kelancaran tugas Sekutu. Sementara itu, pihak Sekutu berjanji tidak akan menganggu kedaulatan Republik Indonesia.
Akan tetapi, NICA yang membonceng pasukan Sekutu mempersenjatai para bekas tawanan tersebut. Hal ini menimbulkan kemarahan pihak Indonesia.
Konflik bersenjata tidak dapat dihindari. Bermula di Magelang pada tanggal 26 Oktober, pertempuran berlanjut antara tentara Sekutu dan Tentara Keamaan Rakyat (TKR). Pertempuran baru berhenti ketika Presiden Soekarno tiba di Magelang pada tanggal 2 November 1945 bersama-sama dengan Brigjen Berhell, yang kemudian menghasilkan sejumlah kesepakatan antara pemerintah Indonesia dan pihak Sekutu.
Kesepakatan antara Indonesia dan Sekutu
Berikut ini 3 dari 12 butir kesepakatan antara Indonesia dan Sekutu
Sekutu akan tetap menempatkan pasukannya di Magelang dalam rangka menyelesaikan tugas pokoknya, yaitu mengurus para tahanan, tetapi dengan jumlah yang terbatas.
Jalan raya antara Magelang dan Semarang tetap terbuka bagi lalu lintas tentara sekutu dan masyarakat Indonesia.
Sekutu tidak akan mendukung aktivitas NICA dalam badan-badan yang berada di bawah kekuasaannya.
Dalam kenyataannya, pihak Sekutu melanggar kesepakatan tersebut, salah satunya dengan nambah jumlah pasukannya di Magelang. Karena alasan tersebut, pada tanggal 20 November 1945 terjadi pertempuran antara TKR dan pasukan Sekutu di Ambarawa. Pasukan Sekutu yang berada di Magelang pun dikirim ke Ambarawa. Pasukan Sekutu menjatuhkan bom di desa-desa sekitar Ambarawa sehingga TKR terpaksa menarik pasukannya ke wilayah yang aman.
Pada tanggal 21 November 1945, datang bantuan TKR dari Purwokerto dan juga dari Yogyakarta. Merka mengepung Ambarawa dengan menduduki desa-desa di sekitar kota tersebut. Selanjutnya, pada tanggal 26 November 1945, pimpinan TKR dari Purwokerto, yang bernama Letnan Kolonel Isdiman gugur dalam pertempuran. Kedudukannya kemudian digantikan oleh atasannya langsung, yaitu Kolonel Soedirman.
Kehadiran Kol. Soedirman memberikan nafas baru kepada pasukan-pasukan RI. Koordinasi diadakan diantara komando-komando sektor dan pengepungan terhadap musug semakin ketat. Siasat yang diterapkan adalah serangan mendadak di semua sektor. Sementara itu, bala bantuan terus mengalir dari Yogyakarta, Solo, Salatiga, Purwokerto, Magelang, Semarang, dan lain-lain.
Yakin bahwa posisi tentara Sekutu di dalam kota mulai terdesak, pada tanggal 12 Desember 1945 Kolonel Soedirman memerintahkan untuk mengepung Ambarawa dari berbagai penjuru.
Pertempuran Ambarawa berlangsung sengit. Kol. Soedirman langsung memimpin pasukannya yang menggunakan taktik gelar supit urang, atau pengepungan rangkap dari kedua sisi sehingga musuh benar-benar terkurung. Suplai dan komunikasi dengan pasukan induknya diputus sama sekali. Setelah bertempur selama 4 hari, pada tanggal 15 Desember 1945 pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa serta memaksa Sekutu menarik kembali pasukannya dari Ambarawa ke Semarang.
Kemenangan pertempuran ini kini diabadikan dengan didirikannya Monumen Palagan Ambarawa. Selain itu, tanggal 15 Desember 1945 diperingati Hari Jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika.
Mas Pur FollowSeorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!