Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

Home » Sosiologi » Salah Satu Faktor Penghambat Perubahan Sosial

Salah Satu Faktor Penghambat Perubahan Sosial

2 min read

Perubahan sosial merupakan proses terjadinya perubahan yang memengaruhi berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat.

Setiap masyarakat mengalami perubahan sosial secara berbeda-beda. Masyarakat modern biasanya mengalami perubahan sosial dalam kurun waktu cepat.

Akan tetapi, masyarakat tradisional biasanya menghadapi beberapa hambatan dalam melakukan perubahan sosial. Lalu, apa saja faktor penghambat perubahan sosial dalam masyarakat? Berikut ulasannya.

1. Sikap Tradisional Masyarakat

Sikap tradisional masyarakat merujuk pada sikap mempertahankan apa yang sudah diajarkan nenek moyang sehingga dianggap sebagai kebenaran mutlak dan tidak dapat diubah.

Masyarakat yang masih mengagungkan tradisi-tradisi masa lampau tergolong kaum konservatif. Kaum konservatif merupakan golongan masyarakat yang tidak menghendaki perubahan dalam masyarakat.

Oleh karena itu, mereka beranggapan apabila mengubah nilai-nilai yang telah diajarkan nenek moyang dapat menyebabkan malapetaka. Adapun orang-orang yang melakukan perubahan akan dianggap melakukan penyimpangan terhadap budaya leluhur atau nenek moyang.

2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Terlambat

Ilmu pengetahuan merupakan faktor penting dalam perubahan sosial. Apabila perkembangan ilmu pengetahuan terlambat, perubahan sosial pun terhambat. Terhambatnya perkembangan ilmu pengetahuan disebabkan oleh dua faktor berikut (Setiadi, 2015: 656).

  1. Terisolasinya suatu daerah terhadap kemajuan ilmu pengetahuan. Daerah yang terisolasi cenderung sulit dijangkau sehingga masyarakat sulit terpengaruh kebudayaan lain (terutama pendidikan). Misalnya, masyarakat yang tinggal di pulau terpencil atau berada di daerah yang sulit diakses.
  2. Pengaruh struktural. Pengaruh struktural mengarah pada terhambatnya perkembangan ilmu pengetahuan secara struktural. Akibatnya, terjadi kesenjangan karena terdapat pihak yang memiliki wewenang untuk menghambat ilmu pengetahuan atau membatasi masyarakat mengakses informasi. Sebagai contoh, pendidikan pada masa penjajahan. Penjajah membatasi akses pendidikan bagi masyarakat di daerah jajahannya. Tujuan pembatasan tersebut agar masyarakat tetap dalam ketidaktahuan sehingga mudah untuk dikendalikan.

3. Adat dan Kebiasaan yang Sulit Diubah

Adat dan kebiasaan suatu masyarakat dipegang teguh leh anggotanya dan memiliki daya pengikat. Adat dalam masyarakat berisi pola-pola perilaku yang diyakini, diterima oleh masyarakat, dan bersifat kekal. Adat dan kebiasaan yang sulit diubah menyebabkan pola pikir dan perilaku masyarakat sulit diubah.

Sebagai contoh, perhatikan gambar di samping! Gambar di samping menunjukkan salah satu suku di Indonesia yang masih menjunjung adat istiadat nenek moyang, yaitu suku Mentawai.

Masyarakat suku Mentawai, terutama yang tinggal di wilayah Siberut sangat mempertahankan adat seperti membuat tato di tubuh dan meruncingkan gigi.

Kegiatan ini telah menjadi tradisi adat turun temurun dari para leluhur. Tidak hanya sebagai tradisi, tato digunakan sebagai tingkatan kedudukan sosial dan menunjukkan kepribadian suku tersebut. Sementara itu, gigi yang runcing menyimbolkan kecantikan dari suku Mentawai.

4. Hambatan-Hambatan yang Bersifat Ideologis

Ideologi merupakan cara pandang masyarakat terhadap suatu hal. Ideologi suatu masyarakat dapat dipengaruhi oleh nilai, norma, dan agama yang dianutnya. Mereka akan memandang hal-hal baru dengan menggunakan ideologinya.

Menurut Nanang Martono (2012:22), setiap upaya mengubah masyarakat terkadang bertentangan dengan ideologi yang dianut. Apabila hal-hal baru tersebut dianggap tidak sesuai ideologi, mereka akan menolak meskipun hal-hal baru tersebut bermanfaat bagi kehidupan.

Salah satu contoh hambatan bersifat ideologis seperti anggapan masyarakat bahwa makan harus dengan nasi dan tidak dapat diganti. Oleh karena itu, ketika seseorang yang belum makan nasi belum dianggap sudah makan.

Padahal masih banyak bahan pangan lain yang dapat dijadikan sumber karbohidrat seperti olahan gandum, sagu, jagung, ubi, dan ketela.

5. Kurangnya Interaksi dengan Masyarakat Lain

Kurangnya interaksi dengan masyarakat luar menyebabkan suatu masyarakat kurang mendapat informasi mengenai hasil kebudayaan serta peradaban masyarakat lain. Kondisi ini terjadi karena mereka terisolasi secara geografis ataupun kultural.

Isolasi secara geografis terjadi karena masyarakat bertempat tinggal di daerah terpencil. Perkembangan peradaban masyarakat tersebut cenderung terhambat karena terisolasi.

Sementara itu, isolasi secara kultural terjadi karena masyarakat menolak kebudayaan atau peradaban dari masyarakat lain. Kondisi tersebut menyebabkan proses perubahan sosial dalam masyarakat terhambat.

6. Prasangka terhadap Kebudayaan Baru dan Asing

Prasangka terhadap kebudayaan baru dan asing dapat terjadi karena adanya trauma yang pernah ketika berhubungan dengan masyarakat lain. Sebagai contoh, masyarakat yang pernah mengalami penjajahan bangsa asing.

Selain itu, prasangka terhadap kebudayaan baru dan asing dapat dipengaruhi oleh perbedaan nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat. Prasangka negatif terhadap kebudayaan masyarakat lain dapat menghambat hubungan sosial sehingga perubahan sosial dalam masyarakat juga terhambat.

7. Rasa Takut Terjadi Kegoyahan pada Integrasi Kebudayaan

Perubahan sosial dapat menyebabkan perubahan terhadap aspek-aspek kehidupan manusia, misalnya perubahan pada sistem nilai dan norma masyarakat.

Masyarakat yang belum siap menerima perubahan sistem nilai dan norma tersebut dapat mengalami ketidakteraturan yang mengarah pada kegoyahan integrasi kebudayaan.

Adapun integrasi kebudayaan merupakan penyesuaian antarunsur kebudayaan berbeda sehingga mencapai keserasian fungsi dalam masyarakat.

8. Adanya Kepentingan yang Tertanam Kuat (Vested Interest)

Kepentingan yang tertanam kuat (vested interest) dapat menghambat perubahan sosial karena masyarakat merasa mereka berada pada keadaan yang dianggap baik.

Dalam setiap kehidupan masyarakat, akan ada kelompok yang ingin mempertahankan kedudukan atau mewujudkan ambisinya dalam meraih tujuan pribadi atau golongan. Kelompok-kelompok ini akan berupaya keras mempertahankan posisinya dalam masyarakat (Nanang Martono, 2018: 20).

Oleh karena itu, mereka enggan mengubah aturan, nilai, atau kebiasaan dan tetap mempertahankan kedudukannya sehingga menghambat perubahan sosial.

Baca juga: 9 Faktor Pendorong Perubahan Sosial Budaya

Nah itulah dia 8 faktor penyebab perubahan sosial beserta penjelasan. Demikian artikel yang dapat freedomsiana.id bagikan tentang pelajaran sosiologi dalam bab perubahan sosial dan semoga bermanfaat.

Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *