Sumatera Barat atau biasa disingkat Sumbar adalah salah satu provinsi yang terdapat di Indonesia yang terletak di Pulau Sumatera dengan Padang sebagai ibu kota provinsinya. Sumatera Barat meruapakan sebuah provinsi yang terletak di sepanjang pesisir barat Sumatra bagian tengah. Dari utara hingga ke selatan, provinsi Sumatra Barat memiliki luas 42.297,30 km² ini berbatasan dengan empat provinsi, yakni Sumatra Utara, Riau, Jambi, dan Bengkulu.
Sumatera barat merupakapan wilayah tempat tinggal bagi etnis Minangkabau, walaupun wilayah adat Menangkabau sendiri lebih luas dari wilayah administratif Provinsi Sumatra Barat sekarang ini. Provinsi Sumatera Barat berpenduduk sebanyak 4.846.909 jiwa dengan mayoritas agama yang dipeluk adalah Islam. Provinsi ini terdiri dari 12 kabupaten dan 7 kota.
Seperti halnya provinsi-privinsi di Indonesia, Sumatera Barat juga memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri. Salah satu diantaranya adalah rumah adat. Rumah adat Sumatra barat bisa dibilang cukup unik dan membuat orang yang melihatnya langsung mengetahui bahwa rumah tersebut berasal dari Sumatera Barat.
Daftar Isi
Rumah Adat Sumatera Barat
Rumah adat Sumatera Barat adalah Rumah Gadang (Rumah Besar), atau kadang-kadang juga disebut juga dengan Rumah Bagonjong. Besar bukan hanya dalam pengertian fisik, meinkan dalam pengertian fungsi peranannya yang berkaitan dengan adat.
Rumah Gadang ini memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri seperti kebanyakan rumah adat di Indonesia. Provinsi ini dikenal dengan kebudayaan Mianag yang unik. Kultur matrilineal yang mereka anut adalag kaum perempuan dalam masyarakat dianggap penting.
Fungsi Rumah Gadang
Adapun fungsi dari rumah adat Sumatra Barat atau Rumah Gadang antara lain sebagai berikut.
- Rumah gadang berfungsi sebagai tempat tinggal dan tempat acara adat.
- Sebagai tempat tinggal, Rumah Gadang mempunyai bilik-bilik di bagian belakang yang didiami oleh wanita yang sudah berkeluarga, ibu-ibu, nenek-nenek, dan anak-anak.
- Sebagai tempat melaksanakan adat istiadat, seperti menetapkan adat atau tempat melaksanakan acara seremonial, seperti kematian, kelahiran, perkawinan, mengadakan acara kebesaran adat, tempat mufakat, dan lain-lain.
Ukuran ruangan Rumah Gadang bergantung dari banyaknya penghuni yang menempati rumah. Namun, jumlah ruangan ganjil, seperti lima ruang, tujuh, sembilan atau lebih.
Struktur Rumah Gadang
Rumah Gadang memiliki riang yang tegak lurus atau horizontal tapi punya kemiringan. Konon penyebabnya adalah masyarakat di sana banyak yang datang dari laut sehingga mereka hanya tahu cara membuat kapal, namun tak tahu cara membuat rumah.
1. Atap Gonjong
Sama seperti rumah adat lainnya di Indonesia, Rumah Gadang ini memiliki keunikan dalam bentuk arsitekturnya, Pada bagian atap dibuat menyerupai tanduak kerbau dari bahan ijuk. Mereka menyebutnya sebagai Atap Gonjong atau Bagonjong.
Di atap tersebut terdapat garus jurai, baik itu jurai dalam maupun jurai luar. Khusus untuk atap Gonjong sering disebut dengan garis alua jo patuik atau jika diterjemahkan adalah garis yang dalam pembuatannya secara diulur/dikira-kira dan ditatap.
Apabila diperhatikan, pada bagian puncak Rumah Gadang ini terdapat garis lengkung meninggi di bagian tengah. Lalu, garis lerengnya melengkung dan mengembang ke bawah dengan bentuk segi tiga.
2. Bangunan Rangkiang
Di halaman depan rumah Gadnag biasanya terdapat dua buah bangunan rangkiang yang digunakan untuk menyimpan padi. Nama lainnya adalah Lumbuang atau Kapuak.
Rumah Gadang disebut juga sebagai Rumah Baanjuang sebab di sayap bangunan sebelah kanan dan kirinya terdapat ruang anjuang (anjung). Ruangan ini digunakan oleh masyarakat setempat sebagai tempat bersanding atau tempat penobatan kepala adat. Sebagai suku bangsa yang manganut falsafah alam, garis dan bentuk rumah adatnya kelihatan serasi dengan bentuk alam Bukit Barisan.
Pembuatan Rumah Gadang
Berdasarkan tradisinya, Rumah Dagang dibuat dengan tiang utama yang disebut dengan tonggal tuo yang jumlahnya 4 buah (batang) yang diambil dari hutan secara bergotong-royong oleh anak nagari, terutama oleh kerabat keluarga, dan melibatkan puluhan orang dalam pembangunanya. Tiang tersebut diambil dari pohon juha yang sudah tua, lurus, dan berdiameter 40 sampai 60 cm.
Setelah ditebang pohon tersebut tidak langsung dipakai melainkan di rendam dulu di kolam milik keluarga besar selama bertahun-tahun. Tujuan perendalam selama bertahun-tahun supaya batang menjadi sangat keras dan tak bisa dimakan rayap, sehingga bisa bertahan sebagai tonggak tuo atau tiang utama selama ratusan tahun.
Setelah cukup waktu, kemudian pohon tersebut dingkat dan siap dipakai sebagai tiang utama atau tonggak tua. Mendirikan tonggak tuo sebanyak empat buah memiliki makna sebagai menegakkan kebesaran. Tonggak tuo atau tiang utama dalam Rumah Gadang yang menjadikan Rumah Gadang bisa bertahan hingga ratusan tahun.
Ragam Hias Rumah Gadang
Pada bagian dinding Rumah Gadang terbuat dari bahan papan, sedangkan untuk bagian belakangnya terbuat dari bahan bambu, Papan dinding pada Rumah Gadang dipasang secara vertikal, semua papan yang menjadi dinding tersebut menjadi bingkai yang diberi ukiran, sehingga seluruh dinding menjadi penuh dengan hiasan ukiran.
Pada dasarnya ukiran pada Rumah Gadang merupakan ragam hias pengisi bidang dalam bentuk geris melingkar atau persegi. Ukiran atau motif hias Rumah Gadang pada umumnya berbentuk tumbuhan merambat, akar yang memiliki daun, bunga dan buah. Pola akar yang ada biasanya berbentuk lingkaran, akar berjalaran yang berhimpitan, berjalan, dan sambung menyambung. Sementara itu, cabangnya berkeluk ke luar, ke atas, dan ke bawah.
Selain motif tumbuhan, Rumah Gadang juga memiliki motif geometri, bersegi empat, dan genjang. Dimana motif-motif tersebut seperti daun, bunga, dan buah diukir tersendiri dan secara berjajaran.
Makna Rumah Gadang
Ada beberapa pendapat mengenai apa yang masyarakat Minagkabau ingin sampaikan melalui Atap Gonjong. Atap Gonjong menyimbolkan kapal sebagai pengingat untuk mengenang asal-usul nenak moyang orang Minangkabau yang dianggap berasal dari rombongan Iskandar Zulkarnaen yang berlayar dengan kapal dari daerah asalnya yang kemudian terdampar di dataran Minangkabau sekarang.
Atap Gonjong merupakan simbol dari tanduk kerbau karena kerbau merupakan hewan yang dianggap sangat erat kaitannya dengan penamaan Minangkabau. Selain itu, atap Gonjong merupakan rekaman terhadap alam Minangkabau yang berbukit dan terdiri atas punggungan-punggungan dan landaian-landaian.
Atap Gonjong adalah simbol dari pucuk rebung (bakal bambu). Bambu dianggap sebagai tumbuhan yang sangat penting dalam konstruksi tradisional karena bagi masyarakat minangkabau rebung merupakan bahan makanan adat. Olahan rebung merupakan hidangan yang selalu ada di saat upacara-upacara adat/
Perbandingan ruang tidur dengan ruang umum adalah sepertiga untuk tempat tidur dan dua pertiga untuk kepentingan umum. Pemberian ini memberi makna bahwa kepentingan umum lebih diutamakan daripada kepentingan pribadi.
Baca juga: Rumah Adat Sumatera Utara
Nah, itulah informasi lengkap mengenai rumah adat Sumatera Barat atau Rumah Gadang, mulai dari pengertian, fungsi, struktur, pembuatan rumah gadang, ragam hias, dan makna dari Rumah Gadang di Sumatera Barat. Demikian artikel yang bisa kami bagikan dan bila ada pertanyaan bisa ditanyakan di bawah, terima kasih!
Referensi:
Id.wikipedia.org/Rumah_Gadang
Ensiklopedia rumah adat nusantara