Rumah Jawa lebih dari sekedar tempat tinggal. Masyarakat Jawa lebih mengutamakan moral kemasyarakatan dan kebutuhan dalam mengatur warga semakin menyatu dalam satu kesatuan. Semakin lama tuntutan masyarakat dalam keluarga, maka semakin berkembang. Sehingga timbullah tingkatan jenjang kedudukan antar manusia yang berpengaruh kepada penampilan fisik rumah suatu keluarga,
Lalu timbullah jati diri arsitektur dalam masyarakat tersebut. Rumah Jawa merupakan lambang status bagi penghuninya dan juga menyimpan rahasia tentang kehidupan sang penghuni, dan merupakan sarana pemiliknya untuk menunjukkan siapa sebenarnya dirinya sehingga dapat dimengerti dan dinikmati orang lain. Rumah Jawa juga menyangkut dunia batin yang tidak pernah lepas dari kehidupan masyarakat jawa.
Daftar Isi
Bentuk-Bentuk Rumah Adat Jawa Tengah
Bentuk dari rumah Jawa dipengaruhi oleh 2 pendekatan, yaitu sebagai berikut.
- Pendekatan Geometrik yang dikuasai oleh kekuatan sendiri.
- Pendekatan Geofisik yang tergantung pada kekuatan alam lingkungan.
Kedua pendekatan itu akhirnya menjadi satu kesatuan. Kedua pendekatan mempunyai perannya masing-masing, situasi dan kondisi yang menjadi salah satunya lebih kuat sehingga menimbulkan bentuk yang berbeda bila salah satu perannya lebih kuat.
Rumah Jawa merupakan kesatuan dari nilai seni dan nilai bangunan sehingga merupakan nilai tambahan dari hasil karya budaya manusia yang dapat dijabarkan secara keilmuan. Bentuk rumah Jawa dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan bentuk. Secara garis besar tempat tinggal orang Jawa dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk.
- Rumah Bentuk Joglo Pe
- Rumah Bentuk Limasan
- Rumah Bentuk Kampung
- Rumah Bentuk Masjid dan Tajug atau Tarub
- Rumah Bentuk Panggang
Rumah Adat Jawa Tengah
Rumah Adat Jawa Tengah adalah Rumah Joglo yang terdiri atas 4 tiang. Rumah adat tradisional Jawa ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu rumah induk dan rumah tambahan. Dibanding dengan 4 bentuk lainnya, rumah bentuk joglo merupakan rumah yang dikenal masyarakat pada umumnya. Rumah joglo ini kebanyakan hanya dimiliki oleh mereka yang mampu.
Hal ini disebabkan rumah bentuk Joglo membutuhkan bahan bangunan yang lebih banyak dan mahal daripada rumah bentuk yang lain. Masyarakat Jawa pada masa lampau menganggap bahwa rumah Joglo tidak boleh dimiliki oleh orang kebanyakan, tetapi rumah Joglo hanya diperkenankan untuk rumah kaum bangsawan, istana raja, dan pangeran, serta orang yang terpandang atau dihormati oleh sesamanya saja. Sekarang ini rumah Joglo digunakan oleh segenap lapisan masyarakat dan juga untuk berbagai fungsi lain, seperti gedung pertemuan dan kantor-kantor.
Pada dasarnya, rumah bentuk Joglo berdenah bujur sangkar. Pada mulanya bentuk ini mempunyai empat pokok tiang di tengah yang di sebut saka guru, dan digunakan blandar bersusun yang disebut tumpangsari. Blandar tumpangsari ini tersusun ke atas, makin ke atas makin melebar. Jadi awalnya hanya berupa bagian tengah dari rumah bentuk joglo zaman sekarang.
Perkembangan selanjutnya, diberikan tambahan-tambahan pada bagian-bagian samping, sehingga tiang di tambah menurut kebutuhan. Selain itu bentuk denah juga mengalami perubahan menurut penambahannya. Perubahan-perubahan tadi ada yang hanya bersifat sekedar tambahan biasa, tetapi ada juga yang bersifat perubahan konstruksi.
Jenis-Jenis Rumah Joglo
Dari perubahan-perubahan tersebut timbulah bentuk-bentuk rumah Joglo yang beraneka racam dengan namanya masing-masing. Adapun, jenis-jenis Joglo yang ada, antara lain sebagai berikut.
- Joglo Jompongan.
- Joglo kepuhan lawakan.
- Joglo ceblokan.
- Joglo kepuhan limolasan.
- Joglo sinom apitan.
- Joglo pengrawit.
- Joglo kepuhan apitan.
- Joglo semar tinandu.
- Joglo lambangsari.
- Joglo wantah apitan.
- Joglo hageng.
- Joglo mangkurat.
Bagian-Bagian Rumah Joglo
Rumah joglo merupakan rumah adat tradisional masyarakat Jawa yang terdiri dari 4 tiang utama. Rumah Joglo terbagi menjadi dua bagian, yaitu rumah induk dan rumah tambahan. Rumah induk terdiri atas beberapa bagian, yaitu sebagai berikut.
1. Pendopo atau Pendapa
Pendapa atau orang Jawa menyebutnya Pendopo merupakan bagian rumah yang terletak di depan rumah. Pendopo biasanya digunakan untuk aktivitas formal, seperti pertemuan, musyawarah, serta tempat pagelaran dan pertunjukan seni, seperti wayang kulit dan tari-tarian.
2. Pringgitan
Pringgitan terletak di antara pendopo dan rumah dalam (umah njero). Pringgritan digunakan untuk jalan masuk (lorong), dan sebagai tempat pertunjukan wayang kulit. Pringgitan memiliki bentuk seperti serambi berbentuk tiga persegi dan menghadap ke arah pendopo.
3. Emperan
Emperan adalah bagian penghubung antara pringgitan dan omah njero (rumah dalam). Emperan juga bisa disebut sebagai teras depan karena cukup lebar sekitar 2 meter. Emperan umumnya digunakan untuk menerima tamu, bersantai, dan kegiatan publik lainnya. Di bagian emperan biasanya terdapat sepasang kursi kayu dan juga meja.
4. Omah Dalem
Omah dalem disebut juga omah mburi, atau dalam ageng. Kata omah sendiri dalam masyarakat Jawa digunakan sebagai istilah yang mencakup arti keomestikan, yaitu sebuah sebuah unit tempat tinggal. Sedangkan dalem sendiri dalam bahasa Jawa berarti dalem. Jadi, omah dalem adalah rumah dalam.
5. Jaga Satru
Ruang depan disebut juga “jaga satru” disediakan untuk umat dan terbagi menjadi dua bagian, sebelah kiri untuk jamaah wanita dan sebelah kanan untuk jamaah pria. Masih pada ruang jaga satru di depan pintu masuk terdapat satu tiang di tengah ruang yang disebut tiang keseimbangan atau soko geder, selain sebagai simbol kepemilikan rumah, tiang tersebut berfungsi sebagai pertanda atau tonggak untuk mengingatkan pada penghuni tentang keesaan Tuhan.
Selain bagian-bagian tersebut, rumah Joglo masing terdapat Senthong Kiwa atau ruangan yang berada di sebelah kiri yang terdiri dari beberapa ruangan, Shentong tengah, atau ruangan bagian dalam, dan Senthong tengan atau ruangan yang ada di sebelah kanan (sama seperti senthong kiwa. Serta Gandhok, atau ruangan tambahan yang letaknya mengitari sisi belakang dan samping bangunan rumah joglo.
Arsitektur Rumah Joglo
Pada arsitektur bangunan rumah Joglo, seni arsitektur bukan sekadar pemahaman seni konstruksi rumah, juga merupakan refleksi nilai dan norma masyarakat pendukungnya. Pada bagian pintu masuk memiliki tiga buah pintu, yakni pintu utama di tengah dan pintu kedua yang berada di samping kiri dan kanan pintu utama. Ketiga pintu tersebut memiliki makna simbolis bahwa kupu tarung yang berada di tengah untuk keluarga besar, sementara dua pintu di samping kanan dan kiri untuk besan.
Pada ruang bagian dalam yang disebut gedongan dijadikan sebagai mihrab, tempat imam memimpin shalat yang dikaitkan dengan makna simbolis sebagai tempat yang disucikan, sakral, dan dikeramatkan. Gedongan juga merangkap sebagai tempat tidur utama yang dihormati dan pada waktu-waktu tertentu dijadikan sebagai ruang tidur pengantin bagi anak-anaknya.
Begitu juga di ruang dalam terdapat empat tiang utama yang disebut soko guru yang melambangkan empat hakikat kesempurnaan hidup dan juga ditafsirkan sebagai hakikat dari sifat manusia. Untuk membedakan status sosial pemilik rumah, kehadiran bentangan dan tiang penyengga dengan atap bersusun yang biasanya dibiarkan menyerupai warna aslinya menjadi ciri khas dari keharian sebuah pendopo dalam rumah dengan gaya ini.
Kesan yang akan timbul dari arsitektur bangunan tradisional Joglo sering kali terasa antik dan kuno, hal ini timbul melalui keharian perabot hingga pernak-pernik pendukung bernuansa lawas yang dibiarkan apa adanya. namun, dalam penataan hunian bergaya ini tidak ada salahnya bila dikombinasikan dengan gaya modern maupun minimalis.
Nah, itulah informasi lengkap mengenai rumah adat Jawa Tengah yaitu rumah adat Joglo, mulai dari jenis-jenis rumah joglo, bagian-bagian rumah joglo, dan arsitektur rumah Joglo. Demikian artikel yang bisa kami bagikan mengenai salah satu rumah-rumah adat nusantara dan semoga bermanfaat.