Dilihat secara filosofis rumah tradisional masyarakat Jawa Barat ini ternyata memiliki pemahaman yang sangat mengagumkan. Secara umum, rumah adat Suku Sunda ditujukan untuk menghormarti alam sekelilingnya.
Rumah Adat Sunda umumnya berbentuk panggung, karena bagi orang Sunda tanah adalah bumi yang bernafas, siang hari menarik panas dan malam mengeluarkan panas, sebuah proses alami tentang terbentuknya energi bumi.
Leluhur orang Sunda telah menetapkan aturan adat yang ketika disadari ternyata manusia akan lebih sehat dan aman jika tinggal di rumah panggung dibandingkan tinggal di rumah yang kontak langsung dengan tanah.
Daftar Isi
Nama-Nama Rumah Adat Sunda Jawa Barat
Rumah adat Jawa barat (Sunda) memiliki beberapa jenis nama berdasarkan bentuk atapnya. Berikut nama-nama rumah adat Sunda Jawa Barat.
- Rumah Adat Jolopong.
- Rumah Adat Parahu Kumureb.
- Rumah Adat Badak Heuay.
- Rumah Adat Tagog Anjing.
- Rumah Adat Julang Ngapak.
- Rumah Adat Capit Gunting.
- Rumah Adat Buka Palayu.
- Rumah Adat Buka Pongpok.
Keunikan Rumah Adat Sunda Jawa Barat
Keunikannya adaah hampir di setiap bangunan rumah adat Sunda sangat jarang ditemukan paku besi maupun alat bangunan modern lainnya. Untuk penguat antartiang digunakan paseuk (dari bambu) atau tali ijuk ataupun sabut kelapa, sedangkan bagian atap sebagai penutup rumah menggunakan ijuk, daun kelapa, atau daun rumia. Sangat jarang yang menggunakan genting.
Hal menarik lainnya adalah mengenai material yang digunakan rumah itu sendiri. Pemakaian material bilik yang tipis dan lantai panggung dari papan kayu atau palupuh tentu tidak mungkin dipakai untuk tempat perlindungan oleh masyarakat dengan peradaban barbar. Rumah orang Sunda bukan sebagai benteng perlindungan dari musuh manusia, melainkan dari alam berupa hujan, angin, terik matahari, dan binatang.
Bentuk Rumah Adat Sunda
Bentuk rumah panggung adalah bentuk rumah yang sudah dipakai lama oleh leluhur di tatar Sunda, sebelum adanya pengaruh luar yang dibawa pada era kolonial. Salah satu nilai fungsinya adalah tahan getaran ketika terjadi gempa dan fleksibel sehingga bangunan tetap utuh karena berbahan dari alam.
Rumah Adat Sunda memiliki kearifan lokal yang dirancang leluhur untuk kepentingan anak cucu dikemudian hari bisa kita lihat dari bentuk rumah panggung sendiri.
Ketinggian rumah adat Sunda berbentuk panggung sekitar 0,5 m-0,8 m atau 1 meter di atas permukaan tanah. Tujuannya adalah untuk melancarkan sirkulasi udara di dalam rumah dan memberi perlindungan bagi anggota keluarga yang tinggal di dalamnya dari serangan binatang buas. Untuk rumah-rumah yang usianya sudah tua, tinggi kolong bisa mencapai 1,8 m.
Bagian-Bagian Rumah Adat Sunda
Seperti halnya rumah adat di berbagai daerah di Indonesia, rumah adat Jawa Barat Sunda juga memiliki bagian-bagian yang unik. Berikut bagian-bagian rumah sunda diantaranya.
1. Bagian Depan Rumah Sunda
Jika dilihat sekilas bagian depan rumah sunda terdapat sebuah tangga yang digunakan untuk menaiki rumah yang berbentuk panggung. Tangga tersebut disebut dengan Golodog yang terbuat dari kayu atau bambu. Selain digunakan untuk menaiki rumah panggung, golodog juga berfungsi membersihkan kaki sebelum masuk ke dalam rumah.
2. Bagian Bawah Rumah Sunda
Pada bagian bawah rumah, terdapat umpak yang terbuat dari batu sehingga untuk membangun fondasinya tidak perlu menggali tanah. Umpak pun dapat menahan hubungan langsung dengan tanah, sehingga tidak membuat kayu menjadi cepat lapuk dan terkena rayap.
3. Bagian Tengah Rumah Sunda
Beuteung atawa eusi (perut dan isi) yang menjadi bagian tengah rumah adat Sunda yang menggunakan bahan dari bilik bambu. Bahan yang sangat lentur dan fleksibel dengan kekuatan yang telah dibuktikan oleh para arsitektur modern bahwa bambu memiliki kekuatan dan kelenturan yang jauh lebih baik dibandingkan besi dan baja sekalipun.
4. Bagian Dalam Rumah Sunda
Dibagian dalam rumah adat Sunda terdapat sebuah bagian yang disebut dengan para. Para adalah sebuah tempat yang berada di atas dapur yang berguna untuk menyimpan bahan makanan dan bibit-bibitan. Sebelum ada refregerator atau kulkas, leluhur Sunda telah mewariskan tempat yang saling kondusif untuk menyimpan segala bahan makanan dan gudang.
5. Bagian Atas Rumah Sunda
Hateup atau atap rumah Sunda menggunakan bahan dedauanan. Rupanya warisan ini sebagai penghormatan terhadap alam sebagai guru. Di sini bahan dari daun menempati posisi paling atas, kayu adalah penopang, dan batu menjadi dasar. Sedangkan tanah seharusnya berada di posisi paling bawah.
Jenis Rumah Adat Sunda Jawa Barat
Seperti yang sudah disebutkan di atas, bahwa rumah adat Sunda memiliki nama yang berbeda-beda tergantung pada bentuk atapnya. Orang sunda menyebut bentuk atapnya sebagai suhunan. Tujuannya agar orang Sunda bisa membuat rumah sesuai dengan kepentingan mereka. Berikut nama-nama atap (suhunan) rumah Adat Jawa Barat.
1. Tagong Anjing
Keunikan rumah Tagong Anjing adalah bentuknya yang menyerupai binatang anjing yang sedang duduk.
2. Badak Heuay
Rumah Badak Heuay memiliki keunikan pada bentuk atapnya yang memanjang seperti togog. Togog adalah bentuk atap rumah dengan bagian dengan dan belakang rumah yang memanjang sehingga kalau dilihat seperti seekor badak.
3. Capit Gunting
Rumah adat Jawa Barat ini terbilang unik karena bentuk dan struktur rumahnya yang cantik, yaitu atap rumah yang setiap ujungnya dihiasi kayu mirip gunting yang siap nyapit. Bentuk ini sering juga disebut srigunting.
4. Julang Ngapal
Keunikan rumah tipe ini terdapat pada bentuk atapnya yang seperti burung yang sedang terbang di langit.
5. Buka Palayu
Rumah buka palayu memiliki desain yang unik dengan teras yang panjang dan luas. Bentuk atapnya pun hampir sama dengan bentuk atap rumah adat Betawi.
6. Perahu Kemureb (Nangkub)
Keunikan rumah perahu kemureb atau nangkub adalah terdapat pada bentuk atapnya yang menyerupai bentuk perahu terbalik.
7. Buka Pongpok
Rumah tipeini memiliki bentuk mirip buka palayu, namun pada bagian pintunya diubah dan diarahkan langsung ke jalan.
8. Jelopong Gagajahan (Regol)
Bentuk yang paling sederhana dan banyak ditemui di desa-desa Sunda atau cagar alam budaya Jawa Barat. bentuk Jolopong sendiri memiliki dua bidang atap. Kedua bidang atap ini dipisahkan oleh jalur suhunan di tengah bangunan rumah. Batang suhunan sama panjangnya dan sejajar dengan kedua sisi bawah bidang atap, sedangkan bagian lainnya lebih pendek dibandingkan suhunan dan memotong tegak lurus di kedua ujung suhunan tersebut.
Ruang Jolopong terdiri atas ruang depan yang disebut emper atau tepas, ruangan tengah disebut tengah imah atau patengahan, ruangan samping disebut pangkeng (kamar), dan ruangan belakang yang terdiri atas dapur (pawon) dan tempat menyimpan beras yang disebut dengan padaringan. Tepas berfungsi untuk menerima tamu. Dahulu tepas ini dibiarkan kosong tanpa perabotan, tapi jika ada tamu yang datang tuan rumah akan mengelar tikar.
Rumah Adat Kasepuhan Jawa barat
Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar merupakan sebuah kampung adat yang memiliki ciri khas dalam lokasi dan bentuk rumah serta tradisi yang masih dipegang kuat oleh masyarakat pendukungnya. Masyarakat yang tinggal di Kampung Ciptagelar disebut masyarakat kasepuhan.
Istilah “kasepuhan” berasal dari kata sepuh dengan awalan “ka” dan akhiran “an”. Dalam Bahasa Sunda, kata sepuh berarti kolot atau tua dalam Bahasa Indonesia. Berdasarkan pengertian ini, munculah istilah kasepuhan, yaitu tempat tinggal para sesepuh.
Kasepuhan ini pun menunjukkan model sistem kepemimpinan dari suatu masyarakat atau komunitas yang berlandasan adat kebiasaan para orang tua (sepuh atau kolot). Kasepuhan sendiri berarti adat kebiasaan tua atau adat kebiasaan nenek moyang.
Pada era 1960-an, Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar mempunyai nama khusus yang dapat dianggap sebagai nama asli masyarakat tersebut, yaitu Perbu yang kemudian hilang dan berganti menjadi kasepuhan atau kesatuan.
Secara administratif, Kampung Ciptagelar berada di wilayah Kampung Sukamulya, Desa Sirnaresmi, Kecematan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Jarak Kampung Ciptagelar dari pusat pemerintahan Kabupaten Sukabumi sekitar 103 km dan 203 km dari Bandung ke arah Barat.
Nama Rumah Adat Kasepuhan
Nama rumah masyarakat Kasepuhan adalah Hateup Salak Tihang Cagak yang berarti bentuk dan tipe rumah adatnya adalah rumah panggung menggunakan atap daun kiray dan daun tepus dengan bilik yang terbuat dari bambu, sementara tiangnya terbuat dari kayu.
Bagian rumahnya terbagi dalam lima tahapan, seperti umpak, kolong, beuteung, para dan hateup, semua memiliki fungsi yang telah dirancang leluhur untuk guna dan manfaat penghuninya.
Bagian-Bagian Rumah Kasepuhan
Pembagian ruang dalam rumah warga adat Kasepuhan terbagi menjadi dua bagian yaitu imah dan pawon. Imah berupa ruang tengah, di mana terdapat kamar-kamar di salah satu sisinya.
Sedangkan pawon adalah dapur untuk memasak dan menyimpan makanan dan bahan makanan. Ukurannya bisa berbanding sama besarnya. Hal tersebut dikarenakan aktivitas penghuni rumahnya lebih banyak di pawon, terasa kehangatannya, dan lebih seperti ruang tamu bagi siapapun yang berkunjung, selain digunakan juga untuk kegiatan memaska tentunya.
Di pawon ini terdapat hawu atau tungku masak, semua kegiatan memasak nasi dalam aturan adat istiadat harus menggunakan kayu bakar yang diambil dari hutan.
Kesimpulan
Sungguh disayangkan bentuk dan gaya rumah-rumah adat Sunda atau yang lainnya di Jawa Barat sudah sangat jarang ditemui, khususnya di perkotaan. Tentunya hal ini bukan tanpa alasan. Kemajuan zaman dan jura serangan budaya dari bangsa lain membuat banyak bentuk rumah orang Sunda lebih bergaya modern.
Keberadaan kampung adat ataupun jampung budaya di Jawa barat sangat membangu eksistensi dari gaya dan bentuk suhunan rumah adat Sunda. Bukan hanya nama-nama suhunan rumah yang dipertahankan, tetapi bentuknya pun dipertahankan dan dikembangkan sesuai dengan aslinya. Sekian dan semoga bermanfaat.