Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

Home » Rumah Adat » Rumah Adat Banten

Rumah Adat Banten

4 min read

Provinsi Banten merupakan daerah otonom yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000. Sebelum menjadi sebuah provinsi, Banten adalah bagian dari Provinsi Jawa Barat. Suku yag terkenal dan telah mendunia di provinsi ini adalah Suku Baduy yang masih menjaga anti-modernisasinya.

Suku Baduy Provinsi Banten

Urang Kanekes atau Suku Baduy/Badui merupakan sebuah suku yang terdapat di wilayah selatan Provinsi Banten merupakan suatu kesatuan yang terikat oleh kesamaan budaya. Kampung Baduy persisnya terletak di pegunungan Kandeng, Kabupaten Lebak, Banten.

Wilayah tempat suku Baduy tinggal saat ini adalah 5131 hektare dan telah ditetapkan sebagai daerah kekuasaan adat yang harus dilindungi. Di bagian utaranya berbatasan dengan Leuwidamar dan di selatan berbatasan dengan Malingping.

Suku Baduy hidup berladang dan bercocok tanam. Menariknya pola hidup masyarakat Baduy sampai saat ini tidak pernah berubah karena mereka ingin mempertahankan masyarakat yang unik, berbeda denagan masyarakat lain pada umumnya.

Oleh karena itu, tidak salah bila suku Baduy telah dijadikan sebagai salah satu aset wisata Banten, bahkan aset nasonal yang perlu dipertahankan dan diperlihara.

Suku Badu Luar dan Dalam

Suku Baduy Dalam

Suku Baduy terdiri atas dua kelompok, yakni Baduy Dalam dan Baduy Luar. Baduy dalam terdiri atas 51 kampung. Jumlah penduduk Baduy Dalam adalah 600 jiwa, sedangkan Baduy Luar 7.140 jiwa yang dikelompokkkan sebagai bagian dari Desa Kenekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak. Hidup orang Baduy memang dikenal sangat tradisional.

Pola hidup yang dijalani mereka memang sangat menarik untuk dipelajari termasuk bentuk rumah adatnya yang terkenal dengan kesederhanaan, dan dibangun berdasarkan naluri manusia yang ingin mendapatkan perlindungan dan kenyamanan.

Rumah Adat Banten (Rumah Baduy)

Rumah Adat Baduy

Rumah adat Banten adalah rumah adat suku Baduy, oleh Karena itu pemerintah menetapkan nama rumah adat Banten adalah Rumah Baduy. Rumah Baduy  berbentuk rumah panggung yang memiliki khas, di mana atapnya terbuat dari daun lontar atau alang-alang dan berdinding dari anyaman bambu. Rumah adat Baduy ini terkenal dengan kesederhanaan dan dibangun berdasarkan naluri manusia yang ingin mendapatkan perlindungan dan kenyamanan.

Pada arsitektur vernakular Suku Baduy Dalam di Kampung Cibero, bentuk dan gaya bangunan rumah tingalnya sangatlah sederhana, dibangun berdasarkan naluri sebagai manusia yang membutuhkan tempat berlindung dari gangguan alam dan binatang buas, juga sebagai upaya menyelaraskan dan menyesuaikan diri dengan lingkungan alam sekitar. Kesan sederhana tersirat dalam penataan eksterior dan interiornya.

Namun, ternyata di balik kesederhanaan tersebut banyak teknik atau cara yang dipakai tergolong berteknologi cukup “tinggi” dan mampu memprediksi kebutuhan hidup hingga masa depan masyarakat Baduy.

Keunikan Rumah Adat Baduy

Perkampungan Baduy Dalam

Berdasarkan adat istiadat Baduy, rumah tidak diperkenankan menghadap ke arah barat dan timur. Rumah Baduy hanya diperbolehkan menghadap ke utara dan selatan. Seluruh bangunannya pun dibangun saling berhadapan satu sama lainnya.

Di samping itu, ada hal yang cukup menarik dan penting di kalangan suku Baduy, yaitu cara mereka memperlakukan alam dan bumi. Mereka tidak pernah berusaha mengubah atau mengolah kontur tanahnya untuk kepentingan bangunan yang akan didirikan di atasnya. Jadi, rumah mereka dibangun sesuai dengan kontur atau lahan yang ada.

Hasilnya memperlihatkan permukiman yang alami. Bangunan-bangunan tersebut bagaikan sebuah kesatuan dari alam itu sendiri, berdiri berumpak-umpak mengikuti kontur atau kemiringan tanah sehingga bangunan terlihat sangat artistik.

Bagian-Bagian Rumah Adat Baduy

Deretan Rumah Baduy Dalam

Rumah tinggal Suku Baduy Dalam termasuk jenis bangunan knock down atau siap pakai. Konstruksi utamanya berfungsi menahan beban berat, seperti tihang-tihang, panglari, pananggeuy, dan lincar yang dipasang dengan cara dipaseuk karena alat paku dilarang digunakan. Justru teknik tersebut bisa lebih kuat karena kedua kayu yang disambungkan lebih menyatu, apalagi ketika kedua kayunya sudah mengering.

Sementera bilik (dinding), rarangkit (atap), dan palupuh (lantai) hanya diikat atau dijepit pada bambu atau rangka kayu karena konstruksinya bersifat fleksibel dan elastis. Bangunan rumah tinggal Suku Baduy termasuk jenis bangunan tahan gempa.

Bangunan rumah tinggal Baduy adalah rumah pangggung. Tiang penyangga pada masing-masing bangunannya memiliki ketinggian yang berbeda-beda karena konsep rancangannya yang mengikuti kontur tanah.

Baca: Rumah Adat Jawa Barat

Pada bagian tanah yang datar atau tinggi, tiang penyangga relatif rendah, dan pada bagian yang miring, riangnya lebih tinggi. Tiang-tiang penyangga tersebut bertumpu pada batu kali agar dudukannya stabil.

Unsur lain yang cukup penting bagi kehidupan Suku Baduy adalah batu kali. Selain digunakan untuk tumpuan tiang penyangga, batu kali juga dipergunakan untuk penahan tanah agar tidak terjadi longsor. Metodenya adalah dengan menumpukkan batu kali berbentuk benteng. Selain itu, batu kali digunakan untuk membuat anak tangga, selokan, dan jalan setapak.

Atap Rumah Baduy

Jenis atap Rumah Baduy disebut sulah nyanda yang memiliki arti “posisi atau sikap bersandar wanita yang baru melahirkan”. Posisi menyandarnya tidak tegak lurus, tetapi agak merebah ke belakang. Jenis atap sulah nyanda hanya memiliki satu atap tambahan yang disebut curugan. Salah satu atap pada sulah nyanda lebih panjang dan memiliki kemiringan yang rendah.

Pintu Rumah Baduy

Pintu masuk rumah tinggal Suku Baduy hanya satu. Disebut juga panto, yaitu sejenis daun pintu yang dibuat dari anyaman bilah-bilah bambu berukuran sebesar ibu jari dan dianyam secara vertikal. Teknik anyaman tersebut dikenal dengan sarigsig.

Orang Baduy tidak mengenal ukuran seperti halnya masyarakat modern, Karena itu, mereka pun tidak pernah tahu ukuran luas maupun ketinggian rumah tinggal mereka sendiri. Semua dibuat hanya berdasarkan perkiraan dan kebiasaan saja.

Sedangkan kunci rumah dibuat dengan memalangkan dua buah kayu ditarik atau didorong dari bagian luar rumah. Namun, sebagian besar pintu tidak dikunci ketika ditinggalkan penghuninya. Dalam menentukan ukuran lebar dan pintu masuk, mereka cukup menyebutnya dengan istilah sanyiru asup. Lebar pintu diukur selebar ukuran alat untuk menampi beras.

Bagian Ruangan Rumah Baduy

Rumah Baduy memiliki tiga ruangan yang memiliki fungsi masing-masing, yaitu Sosoro, Tepas, dan Imah.

1. Ruang Sosoro

Ruang sosoro dipergunakan untuk menerima kunjungan tamu. letaknya memanjang ke arah bagian lebar rumah.

2. Ruang Tepas

Ruang tepas yang membujur ke arah belakang bergungsi sebagai tempat tidur untuk anak-anak sekaligus ruang makan. Antara ruangan sosoro dan tepas tidak ada pembatas. Keduanya menyatur membentuk huruf L terbaik atau siku.

3. Ruang Imah

Dapur Suku Baduy

Ruang Imah adalah ruangan yang dikhususkan untuk ruang tidur kepala keluarga beserta istrinya. Berfungsi pula sebagai dapur (pawon). Bagian inti dari rumah Suku Baduy terletak di ruangan ini karena ruangan tersebut memiliki fungsi khusus dan penting. Kegunaan ruang imah sangat fleksibel dan multifungsi. Di sekeliling ruangan imah terdapat rak-rak untuk menyimpan peralatan dapur dan tikar untuk tidur. Karena Suku Baduy tidak memiliki kasur, tetapi hanya menggunakan alas tikar.

Alas tersebut digunakan hanya pada waktu tidur, setelah itu dilipat kembali dan disimpan di atas rak. Cara tersebut menunjukkan bahwa secara garis besar yang dinamakan imah adalah bagian inti dari tata ruang dalam rumah tinggal Suku Baduy. Hampir seluruh kegiatan berpusat pada ruangan tersebut/

Sebagai contoh bentuk kebersamaan kolektif yang masih kuat dan dipelihara di Suku Baduy Dalam hingga saat ini adalah di Desa Cibeo. Di sana terdapar 80 rumah tinggal dengan 100 kepala keluarga.

Melalui kegiatan bergotong-royong seluruh kampung, dalam sehari mereka dapat menyelesaikan sekitar sepuluh bangunan rumah tinggal yang luasnya 100-120 meter persegu. Hal ini dapat dilakukan karena mereka secara bersama-sama menyumbangkan bahan bangunan komponen rumah, bahkan tenaga.

Nah, itulah informasi lengkap mengenai rumah adat Banten atau rumah adat Suku Baduy. Rumah Baduy bisa dibilang sebagai rumah adat yang paling unik, karena sangat tradisional dan sederhana. Demikian ulasan rumah suku Baduy dan semoga bermanfaat.

Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

Pakaian Adat Aceh

Mas Pur
2 min read

Rumah Adat Lampung

Mas Pur
3 min read

Rumah Adat Sulawesi Tenggara

Mas Pur
3 min read

Rumah Adat Bengkulu

Mas Pur
2 min read

Macam-Macam Hukum

Mas Pur
1 min read

Rumah Adat DKI Jakarta

Mas Pur
2 min read

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *