Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

Home » Rumah Adat » Seni Budaya » Rumah Adat Aceh

Rumah Adat Aceh

3 min read

Provinsi yang berada di ujung paling barat Indonesia ini memiliki rumah tradisional bernama Rumoh Aceh atau disebut juga dengan Krong Bade. Nama rumah adat Aceh adalah Krong Bade, yaitu rumah yang syarat akan makna religi dan adaptasi terhadap alam.

Dengan bentuk yang unik dan seragam, semua bangunanya berbentuk segi empat dan memanjang dari timur ke barat. Sisi bagian depan menghadap ke timur dan sisi bagian dalam atau belakang yang sakral berada di bagian barat.

Penentuan letak yang memanjang itu konon adalah upaya masyarakat Aceh untuk membangun garis imajiner dengan Ka’bah yang berada di Mekkah. Ini mencerminkan bahwa Rumoh Aceh bukan sekadar hunian, melainkan akspresi keyakinan terhadap tuhan.

Keberadaan Rumoh Aceh juga untuk menunjukkan status sosial penghuninya. Semakin banyak hiasan yang terdapat dalam Rumah adat Aceh semakin kayalah penghuninya. Bagi yang penghuninya berkehidupan sederhana, cukup dengan hiasan yang relatif sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali.

Keunikan Rumah Adat Aceh

Keunikan Rumoh Aceh ini adalah bangunannya yang dibuat seperti panggung, di mana ada jarak antara lantai dan tanah. Karena itu, dibutuhkan tangga bagi orang-orang yang ingin memasuki rumah. Jumlah anak tangganya pun ganjil.

Lantai rumah ini dirancang setinggi 9 kaki atau lebih dari permukaan tanah. Bersandar pada tiang-tiang penyangga dari kayu dengan ruang kolong di bawahnya. Rumoh Aceh yang bertipe tiga ruang memiliki 16 tiang, sedangkan untuk tipe lima ruang memiliki 24 tiang.

Tiang Rumah Adat Aceh berbahan dasar kayu pilihan yang kuat dengan material dindingnya terbuat dari papan keras dengan ukiran khas Aceh. Sedangkan atapnya dari rumbia. Untuk memperkuat bangunanya tidak menggunakan paku, tetapi menggunakan pasak atau tali pengikat dari rotan.

Walaupun terbuat dari kayu, beratap daun rumbia, dan tidak menggunakan kayu, Rumah adat Aceh bisa bertahan hingga ratusan tahun. Ini merupakan bentuk perwujudan pemanfaatan alam oleh masyarakat.

Sedangkan tinggi pintu Rumoh Aceh biasanya biasanya berkisar antara 120-150 cm hal ini membuat siapa pun yang masuk harus sedikit menunduk. Makna dari menunduk ini adalah sebuah bentuk penghormatan kepada pemilik rumah saat tamu berkunjung, siapa un dia, tanpa peduli derajat atau kedudukannya.

Ruangan depan atau disebut seuramoe reungeun adalah ruangan yang begitu luas, tanpa kursi, dan meja. jadi, siapa pun yang datang akan dipersilahkan duduk secara lesehan di atas tikar. Adapun bagian-bagian rumah adat Aceh adalah sebagai berikut.

Bagian Bawah Rumah Adat Aceh

Yup Moh adalah ruang kosong di bawah lantai rumah. Bagian ini biasanya digunakan untuk area bermain anak-anak, kandang ayam, kambing, atau itik. Tempat ini juga sering digunakan kaum wanita untuk berjualan dan membuat Kain Songket Khas Aceh. Bahkan, tempat in pun digunakan untuk menyimpan penumbuk padi dan krongs (tempat menyimpan padi berbentuk bulat) dengan diameter dan ketinggiannya sekitar dua meter.

Bagian Tengah Rumah Adat Aceh

Bagian tengah Rumah adat Aceh adalah tempat segala aktivitas masyarakat Aceh berlangsung. Pada bagian ini, secara umum terdapat tiga ruangan, yaitu seuramoe reungeun (serambi depan), seuramoe teungoh (serambi tengah), dan seuramoe likot (serambi belakang).

1. Seuramoe Teungoh (Serambi Tengah)

Seuramoe Teungoh merupakan bagian inti dari Rumoh Aceh. Karena itu, ruangan ini disebut juga sebagai rumoh inong (rumah induk). Bagian ini terlihat lebih tinggi dari ruangan lainnya karena diaggap suci dan bersifat sangat pribadi. Di dalamnya terdapat dua kamar tidur dengan posisi menghadap utara atau selatan dengan pintu yang menghadap ke belakang.

Di antara kedua kamar tersebut terdapat gang atau rambut yang menghubungkan ruang depan dan ruang belakang. Kamar tidur untuk kepada keluarga disebut Rumoh Inong, sedangkan kamar tidur anak gadis disebut anjong. Apabila anak perempuan baru melaksanakan pernikahan, dia akan menempati rumah inong.

2. Seuramoe Reungeun (Serambi Depan)

Ruangan ini tidak bersekat dan pintu masuknya terdapat di ujung lantai sebelah kanan. Dalam kehidupan sehari-hari, ruangan ini berfungsi menerima ramu, tempat tidur anak laki-laki, dan tempat anak laki-laki dan tempat anak-anak belajar mengaji. Terkadang juga dipergunakan untuk penjamuan tamu untuk makan bersama pada acara-acara penting, seperti pernikahan atau upacara kenduri.

Sementara orang tuanya akan pindah ke anjong. Namun bila ada dua anak perempuannya yang menikah, orang tua akan pindah ke seuramoe likot selama si anak belum memiliki rumah. Pada saat upacara pernikahan, pengantin disandingkan di bagian rumoh inong, begitu juga saat kematian rumah inong dipergunakan ntuk memandikan mayat.

3. Seuramoe Likot (Serambi Belakang)

Ruangan ini memiliki tinggi lantai yang sama dengan seuramoe reungeun dan tidak memiliki bilik atau sekat-sekat kamar. Fungsinya sebagai ruang keluarga, bahkan ada yang menggunakannya menjadi dapur dan tempat makan bersama keluarga, baik untuk berbincang-bincang atau untuk melakukan kegiatan sehari-hari perempuan seperti menenun dan menyulam.

Bagian Atas Rumah Adat Aceh

Bagian ini terletak di bagian atas seuramoe teungoh. Berbentuk seperti loteng yang berfungsi menyimpan barang-barang penting milik keluarga. Atap Rumoh Aceh terbuat dari daun rumbia yang diikat dengan rotan dan dibelah kecil-kecil.

Namun, ada kalanya juga dapur sering dipisah dan ditempatkan di bagian belakang seuramoe likot sehingga ruang tersebut dengan rumoh dapu (dapur) sedikit lebih rendah lagi dibandingkan lantai seuramoe likot.

Ragam Hias Rumah Adat Aceh

Dalam Rumoh Aceh terdapat beberapa motif hiasan yang dipakai. Biasanya masyarakat setempat memajangnya di jendela rumah, dinding, rinyeuen (tangga), tulak angen, kindang, dan balok pada bagian tas. Berikut motif hiasan tersebut.

  • Motif keagamaan yang ukirannya diambil dari ayat suci Al-Qur’an.
  • Motif Flora adalah stelirisasi tumbuh-tumbuhan, baik berbentuk daun, akar, batang, maupun bunga-bungaan. Ukiran ini tidak diberi warna. Kalau ada, warna yang digunakan adalah merah dna hitam.
  • Motif fauna, motif yang digunakan adalah binatang-binatang yang sering dijumpai dan disukai dalam kehidupan sehari-hari.
  • Motif alam yang digunakan, seperti langit dan bulan, langit dan awan, bintang dan laut.
  • Motif lainnya, seperti rante, lidah, dan lain sebagainya.

Makna Rumah Adat Aceh

Berdasarkan penjelasan di atas, rumah Krong Bade memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Aceh. Penggunaan bahan materi bangunan yang diambil dari alam memiliki makna bahwa masyarakat Aceh memiliki kehidupan yang sangat dekat dengan alam. Hal tersebut bisa dilihat pada bangunan rumah Krong Bade yang tidak menggunakan paku, mereka menggunakan tali untuk mengikat satu bahan bangunan dengan bahan bangunan yang lain.

Selain itu ukiran-ukiran yang terdapat dalam bangunan Rumoh Aceh mempunyai makna tersendiri bagi masyarakat Aceh, dan hal tersebut sangat berhubungan dengan status sosial seseorang dalam masyarakat Aceh. Semakin banyak ukiran pada rumah Krong Bade yang dimiliki seseorang, maka semakin mapan ekonomi dari orang tersebut.

Nah, itulah informasi lengkap mengenai rumah adat Nanggroe Aceh Darussalam “Krong Bade” mulai dari keunikan, bagian ruangan rumah, dan ragam hiasan rumah. Demikian artikel yang dapat freedomsiana.id bagikan, dan semoga bermanfaat.

Referensi:

https://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_Krong_Bade
Buku eksiklopedia rumah-rumah adat nusantara

Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *