Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

Home » Sejarah » Peristiwa Westerling di Makassar (Latar Belakang, Tokoh, dan Kronologi)

Peristiwa Westerling di Makassar (Latar Belakang, Tokoh, dan Kronologi)

1 min read

Gubernur Sulawesi Selatan, dr. Sam Ratulangi, membentuk Pusat Pemuda Nasional Indonesia (PPNI) dengan ketua Manai Sophiaan. Organisasi ini merupakan wadah untuk menampung aspirasi masyarakat. Salah satu fokus kampanye serta gerakan organisasi ini adalah menentang pembentukan Negara Indonesia Timur oleh Belanda (NICA).

Pada tanggal 5 Desember 1946, Belanda mengirimkan pasukan ke Sulawesi Selatan di bawah pimpinan Kapten Raymond Westerling. Ia memimpin 120 orang Pasukan Khusus dari Depot Speciale Troepen-DST (Depot Pasukan Khusus). Misi utama Westerling adalah untuk menumpas pemberontakan (counter-insurgency) para pejuang dan rakyat Makassar Sulawesi Selatan yang menentang pembentukan Negara Indonesia Timur.

Para pemuda seperti A. Rivai, Paresi dan Robert Wolter Monginsidi yang tergabung dalam PPNI mengangkat senjata melakukan perlawanan. Mereka berhasil merebut tempat-tempat strategis uamh dikuasai NICA. Selanjutnya, Wolter Monginsidi, Ranggong Daeng ROmo, dan Makkaraeng Daeng Jjarung membentuk Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS) dengan tujuan utama menggerakkan perlawanan rakyat terhadap Belanda.

Perjuangan di Makassar ternyata tidak hanya dilakukan oleh para pemuda. Di antara mereka terdapat juga pejuang perempuan bernama Emmy Salen. Dalam pertempuran di Kassi-Kassi, ia berlari mendekati posisi musuh dengan granat di tangan dan meledakkan granat tersebut ke posisi pasukan Belanda. Akibat ledakan granat tersebut ia tewas bersama 8 orang tentara Belanda yang sedang berada di tempat itu.

Untuk menumpas perlawanan rakyat Makassar, Westerling menerapkan metode Gestapo (Geheime Staatspolizei). Metode Gestapo adalah metode yang diterapkan polisi rahasia Jerman yang terkenal kejamnya pada masa Adolf Hitler. Pada masa Hitler, polisi rahasia Jerman menangkap dan membantai setiap orang yang mereka curigai sebagai musuh.

Belanda melakukan tindakan mengerikan itu dari tanggal 7-25 Desember 1946. Sebagai akibatnya, dalam kurun waktu itu sekitar 40.000 rakyat sipil yang tidak berdosa dibunuh oleh pasukan Westerling.

Sementara itu, Monginsidi ditangkap oleh Belanda pada 28 Februari 1947. Namun, ia berhasil kabur pada 27 Oktober 1947. Belanda menangkapnya kembali dan kali ini Belanda menjatuhi hukuman mati kepadanya. Monginsidi kemudian dieksekusi oleh regu tembak pada tanggal 5 September 1949. Jasadnya kemudian dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Makassar pada 10 November 1950.

Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *