Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

Home » Sejarah » Perang Diponegoro

Perang Diponegoro

1 min read

Perang Diponegoro adalah perang besar yang terjadi di Pulau jawa selama lima tahun (1825-1830). Perang ini merupakan salah satu pertempuran terbesar yang pernah dialami oleh Belanda selama masa kedudukannya di Nusnatara. Perang diponegoro melibatkan pasukan yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro melawan pasukan Jenderal Hendrik Merkus de Kock.

Sebab Umum Terjadinya Perang Diponegoro

Adapun sebab umum terjadinya Perang Diponegoro adalah sebagai berikut.

  • Rakyat dibelit berbagai bentuk pajak dan pungutan.
  • Pihak keraton Yogyakarta tidak berdaya menghadapi campur tangan politik pemerintah kolonial.
  • Pihak keraton hidup mewah dan tidak memedulikan penderitaan rakyat.

Sebab Khusus Terjadinya Perang Diponegoro

Adapun sebab umum terjadinya Perang Diponegoro adalah sebagai berikut.

  • Pangeran Diponegoro tersingkir dari elite kekuasaan karena menolak berkompromi dengan pemerintah kolonial. Pangeran Diponegoro memilih mengasingkan diri ke Tegalrejo.
  • Pamerintah kolonial melakukan provokasi dengan membuat jalan yang menerobos makam leluhur Pangeran Diponegoro.

Kronologi Perang Diponegoro

Hal tersebut yang membuat Pangeran Diponegoro marah dan menganggapnya sebagai suatu penghinaan. Untuk memperkuat kekuatannya, Pangeran Diponegoro membangun pusat pertahanan di Selarong. Dukungan kepada Pangeran Diponegoro datang dari mana-mana  sehingga pasukan Diponegoro semakin kuat.

Dukungan datang dari Pangeran Mangkubumi, Sentot Alibasya Prawirodirjo, Kiai Mojo. Untuk menghadapi perlawanan Pangeran Diponegoro, Belanda mendatangkan pasukan dari Sumatra Barat dan Sulawesi Selatan di bawah pimpinan Jenderal Marcus de Kock.

Pangeran Diponegoro memimpin pasukannya dengan perang gerilya. Untuk mengatasi perlawanan Diponegoro tersebut, Gubernur Jenderal Van der Capellen menugaskan Jenderal Marcus de Kock untuk menjalankan strategi benteng stelsel, yaitu mendirikan benteng di setiap tempat yang dikuasanya. Antara benteng yang satu dan benteng lainnya dihubungkan dengan jalan untuk memudahkan komunikasi dan pergerakan pasukan.

Taktik benteng stelsel ini bertujuan mempersempit ruang gerak pasukan Diponegoro. Pasukan Diponegoro semakin bertambah lemah, terlebih lagi pada tahun 1829 Kiai Mojo dan Sentot Alibasya Prawirodirjo memisahkan diri. Lemahnya kedudukan Diponegoro tersebut menyebabkan ia menerima tawaran berunding dengan Belanda di Magelang.

Dalam perundingan tersebut, pihak Belanda diwakili oleh Jenderal De Kock. Perundingan tersebut gagal mencapai kesepakatan, kemudian pihak Belanda menangkap Pangeran Diponegoro dan dibawa ke batavia, yang selanjutnya dipindahkan ke Manado, lalu dipindahkan lagi ke Makassar dan meninggal di benteng Rotterdam pada tanggal 8 Januari 1855.

Dampak Perang Diponegoro

Perang Diponegoro yang berlangsung selama lima tahun tersebut membawa dampak antara lain sebagai berikut.

  • Kekuasaan wilayah Yogyakarta dan Surakarta berkurang.
  • Belanda mendapatkan beberapa wilayah Yogyakarta dan Surakarta.
  • Banyak menguras kas belanda.

Nah, itulah dia artikel singkat tentang Perang Diponegoro yang terjadi antara tahun 1825 hingga 1830 beserta sebab umum, khusus, dan dampak dari Perang Diponegoro. Demikian artikel yang dapat freedomsiana.id bagikan dan semoga bermanfaat.

Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *