Perang Bali Tahun 1848-1908 (Perjuangan Rakyat Bali Melawan Pemerintahan Kolonial Belanda)
Antara pemerintah kolonial Belanda dan para penguasa di Bali bersengketa mengenai hak tawan karang. Hak tawan karang adalah hak raja Bali menyita kapal yang kandas di wilayah perairannya.
Sebelumnya, antara pemerintah kolonial Belanda dan penguasa Bali sepakat bahwa para penguasa Bali tidak akan menggunakan hak tawan karang apabila pemerintah kolonial membayar setiap kapal Belanda yang kandas di perairan Bali. Namun pemerintah kolonial melanggar kesepakatan, hal tersebut yang menyebabkan para penguasa Bali kembali memberlakukan hak tawan karang.
Pemerintah kolonial memprotes raka Buleleng atas kapal Belanda yang kandas di wilayah perairannya. Raja Buleleng tidak menghiraukan protes tersebut sehingga menyebabkan terjadinya Perang Jagaraga (yang dimulai dua tahun kemudian).
Kerajaan Buleleng pada tahun 1844 berhasil menawan kapal dagang Belanda di Prancak daerah Jrembrana (saat itu berada di bawah kekuasaan Kerajaan Buleleng). Dengan peristiwa tersebut dijadikan alasan oleh Belanda untuk menyerang Pulau Bali (tahun 1848).
Dalam pertempuran pertama, Belanda mengalami kegagalan, baru pada pertempuran kedua (dipimpin Mayor Jenderal A.V. Michiels) Belanda berhasil merebut benteng pertahanan Kerajaan Buleleng di Jagaraga. Namun, raja Buleleng dan patihnya dapat meloloskan ke Karangasem. Setelah Beland amenguasai Buleleng, Belanda berambisi menaklukan kerajaan-kerajaan lainnya di Bali.
Puputan Kusamba dan Puputan Badung
Pada tahun 1894 terjadi Puputan Kusamba, Belanda dipimpin oleh Mayor Jenderal A.V. Michiels. Dalam pertempuran ini Michiels menderita luka-luka akibat tembakan dari pasukan Klungkung. Namun akhirnya, Kusamba (sebagai benteng pertahanan terakhir di daerah selatan) jatuh ke tangan Belanda.
Pada tahun 1906 terjadi Puputan Badung. Peristiwa ini diawali dengan terdamparnya sebuah kapal di Pantai Sanur. Belanda menuntut ganti rugi kepada raja Badung (Ida Cokorde Ngurah Gede Pamecutan). Oleh karena raja menolak, terjadilah pertempuran antara Kerajaan Badung dan pasukan Belanda.
Dalam Puputan Badung ini dilakukan dengan cara unik, yaitu laki-laki, perempuan, dan anak-anak berpakaian serbaputih dan membawa keris atau tombak menyerbu tentara Belanda yang bersenjata lengkap. Tanpa rasa takut mereka menyerbu, akhirnya semua gugur.
Setelah Belanda dapat menundukkan Badung, kemudian pada tahun 1906 Belanda menalukkan Kerajaan Tabanan. Dalam peristiwa tersebut Belanda mendapat perlawanan, tetapi Kerajaan Tabanan tidak dapat bertahan dan takluk kepada Belanda. Pertempuran tersebut dinamakan dengan Balikana Wongaya.
Pada tahun 1908 Kerajaan Kelungkung juga mengadakan perlawanan terhadap Belanda. Dalam peristiwa tersebut raja dan seluruh kerabat kerajaan gugur. Dengan dikuasainya Kerajaan Kelungkung, pemerintah kolonial Belanda berhasil menguasai Pulau Bali.
Baca juga: Keunikan Pakaian Adat Bali (Wanita, Pria, dan Baju Resmi)
Nah, itulah dia rangkuman perang Bali antara tahun 1848 hingga 1908. Demikian artikel yang dapat freedomsiana.id bagikan untuk Anda tentang salah satu materi sejarah kolonialisme di Indonesia. Sekian dan semoga bermanfaat.