Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

Home » Agama » Sejarah » Peranan Wali Songo (Bidang Politik, Agama, Sosial Budaya)

Peranan Wali Songo (Bidang Politik, Agama, Sosial Budaya)

2 min read

Peranan Para Wali Songo di Jawa,- Para wali songo adalah para ulama (sunan) yang menyiarkan agama islam di Nusantara, khususna di Pulau Jawa, wali songo juga berperan di berbagai bidang , contohnya bidang politik, agama, sosial dan budaya, berikut peranan wali songo di berbagai bidang tersebut.

Peranan wali di bidang politik

Pada umumnya wali menjadi penasehat kerajaan, menjadi guru para raja dan keluarganya. Ada juga wali yang menjadi raja, yaitu Faletehan (Sunan Gunung Jati. Para wali ikut mendukung kebijakan-kebijakan raja.

Peranan wali di bidang agama

Peran para wali yang utama adalah melakukan dakwah. Para wali mempunyai pondok pesantren sebagai pusat pendidikan agama. Selain menjadi guru di pondok, juga memberikan dakwah di daerah-daerah lain di tempat umum. Selain itu juga memberikan dakwah di lingkungan kerajaan.

Kecuali menggunakan dakwah, media lain yang digunakan dalam penyebaran agama Islam adalah budaya setempat, seperti Sunan Kalijaga, yaitu melalui pagelaran wayang kulit dan tembang atau gending dolanan.

Peranan wali di bidang sosial dan budaya

Misi sosial budaya yang dilaksanakan para wali akan terlihat dari hasil penyiaran agama dan budaya Islam. Hal ini tampak pada perubahan tingkah laku dan perubahan budaya masyarakat sesudah menerima ajaran agama Islam, misalnya pola makan. Islam mengajarkan makanan yang halal dan haram. Dalam perkawinan, pernikahan secara Islam perlu dihadirkan penghulu dan mengucap kalimat Syahadat.

Para wali juga menghasilkan budaya baru sebagai asimilasi budaya, yaitu menggabungkan kebudayaan Islam dan kebudayaan setempat. Contohnya seperti Sekatenan di Solo, Grebed Syawal di Yogyakarta, Besaran di Demak dan Halal bi Halal di seluruh Indonesia. Para Wali juga mengembangkan pengetahuan dan menulis buku. Misalnya kitab bonang yang dikarang oleh Sunan Bonang, yang sekarang disimpan di Belanda.

Tidak cuman Wali songo saja, para Ulama lain setelah Wali songo yang perananya sama dengan para wali masih banyak jumlahnya. Berikut Para Ulama tersebut.

a. Tokoh Ulama di Jawa, antara lain sebagai berikut

  1. Syekh bentong, daerah penyebarannya di gunung lawu dan sekitarnya.
  2. Sunan Bayat, daerah penyebarannya di daerah Klaten dan sekitarnya.
  3. Syekh Majagung, Sunan Sendang, dan Sunan Prapen adalah ulama pemilik dan pemimpin pondok pesantren yang banyak peranannya dalam pendidikan agama Islam di pulau Jawa.

b. Tokoh Ulama dari luar Jawa, antara lain sebagai berikut

  1. Datuk Bandang, menyebarkan agama Islam di Makassar yang sebelumnya belajar agama Islam di Demak.
  2. Datuk Sulaiman, menyebarkan agama Islam di Sulawesi Tengah dan Utara, yang sebelumnya belajar dari Sunan Giri.
  3. Tuan Tunggang Parang, menyebarkan agama Islam di Kalimantan Timur.
  4. Penghulu Demak, yaitu ulama-ulama dari Banjarmasin yang belajar agama Islam di Demak, yang kemudian menyebarkannya di Banjarmasin.

c. Ulama pemikir Indonesia

Adapun para ulama-ulama pemikir Indonesia adalah sebagai berikut.

1. Nurudin Ar-Raniri

Nama lengkap Nurudin bin Ali bin Hasanji bin Muhammad Humaid Ar-Raniri. Berasal dari daerah Ranir, Gujarat. Datang ke Aceh pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, ia banyak mengajarkan pelajaran tasawuf. Kita yang ditulisnya berjudul Sirat Al Mustakim.

2. Syekh Abdurrauf

Terkenal dengan sebutan Syekh Kuala dan Tengku Kuala. Dilahirkan di Singkel tahun 1620 Masehi. Tahun 1642 pergi ke Arab untuk belajar agama Islam, kembali ke Aceh tahun 1661 dan mendirikan pondok pesantren di muara sungai Aceh. Ajarannya dipusatkan pada ilmu Tasawuf Tarikat Syatariah tersebar hingga ke Semenanjung Malaya (Malaysia). Di antara muridnya yang terkenal adalah Syekh Burhanuddin dari Minangkabau.

3. Hamzah Fansuri

Asli berasal dari Aceh, ia juga seorang ulama Tasawuf. Ilmu tasawuf yan diajarkan disebut ilmu As-Suluk. Hamzah Fansuri menganut aliran Tasawuf Heterodok yang ditentang oleh Nurudin Ar-Raniri. Di jawa ditentang oleh Sunan Bonang karena dianggap sesat. Oleh karena itu, Sunan bonang menulis Kitab Bonang untuk menentang tasawuf heterodoks.

Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *