Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

Home » Biologi » IPA » Penyimpangan Semu Hukum Mendel

Penyimpangan Semu Hukum Mendel

2 min read

Pada postingan sebelumnya kita sudah membahasa mengenai pengertian hukum Mendel beserta pewarisan sifat hukum Mendel yang meliputi hukum Mendel I dan hukum Mendel 2. Namun perlu diketahui bahwa tidak semua hasil persilangan sesuai dengan hukum Mendel.

Beberapa ilmuan menemukan adanya penyimpangan pada hukum Mendel. Penyimpangan-penyimpangan tersebut hanya bersifat semu karena pola dasarnya masih sama dengan hukum Mendel. Apa saja yang termasuk penyimpangan-penyimpangan semu terhadap hukum Mendel? Berikut jawabannya!

Penyimpangan Semu Hukum Mendel

Penyimpangan semu hukum Mendel adalah terjadinya suatu kerja sama berbagai sifat yang memberikan fenotipe berlainan, tetapi masih mengikuti hukum-hukum perbandingan genotipe dari Mendel.

Penyimpangan semu ini terjadi karena adanya dua pasangan gen atau lebih yang saling memengaruhi dalam memberikan fenotipe pada suatu individu. Peristiwa saling memengaruhi antara dua pasangan gen atau lebih disebut interaksi gen.

Penyimpangan semua akibat interaksi gen ada lima macam, yaitu atavisme, polimeri, kriptomeri, gen-gen komplementer, epitesi dan hipostasi. Adapun masing-masing penjelasannya sebagai berikut.

1. Atavisme

Atavisme (interaksi beberapa pasang alel) adalah interaksi beberapa gen yang mengakibatkan menghilangnya satu sifat keturunan dan munculnya suatu sifat keturunan yang berbeda dengan induknya, tetapi sifat induk akan muncul kembali pada generasi selanjutnya.

Contoh pada persilangan ayam berjengger atau berpial rose (RRpp) dengan ayam berjengger pea (rrPP) menghaslkan F1 berjengger walnut F1 yang disilangkan sesamanya menghasilkan perbandingan fenotipe F2 = walnut : rose : pea : single = 9 : 3 : 3 : 1.

Berdasarkan persilangan tersebut, berarti sifat pial, rose, dan pea menghilang dari generasi F1, tetapi muncul kembali di generasi F2.

2. Kriptomeri

Kriptomeri adalah peristiwa munculnya karakter tertentu apabila gen dominan bersama-sama dengan gen dominan lainnya. Jika gen berdiri sendiri, karakternya akan tersembunyi (kriptos).

Contohnya warna bunga Linnaria Maroccana yang ditentukan oleh pigmen hemosianin dan sifat keasaman plasma sel. Pigmen hemosianin akan berwarna merah pada plasma yang asam dan berwarna ungu pada plasma yang bersifat basa.

Warna ungu merupakan hal yang tidak biasa karena merupakan fenotipe baru. Persilangan pada kriptomeri menghasilkan perbandingan fenotipe F2 = ungu : merah : putih = 9 : 3 : 4.

3. Polimeri

Polimeri adalah bentuk interaksi gen yang bersifat kumulatif (saling menambah). Polimeri terjadi karena adanya interaksi antara dua gen atau lebih sehingg disebut gen ganda. Peristiwa ini mirip dengan persilangan dihibrid dominan tidak penuh (intermediat).

Contoh persilangan gandum berbiji merah gelap (M1M1M2M2) dengan gamdum berbiji putih (m1m1m2m2) diperoleh perbandingan fenotipe F2-nya = merah : putih = 15 : 1.

Berdasarkan perbandingan tersebut sebenarnya polimeri tidak menyimpang dari hukum Mendel karena jika ditelaah perbandingan 15 : 1 berasal dari perbandingan (9+3+3) : 1.

4. Komplementer

Komplementer adalah gen yang saling berinteraksi dan saling melengkapi sehingga memunculkan fenotipe tertentu. Apabila ada salah satu gen tidak hadir maka pemunculan karakter fenotipe tersebut akan terhalang atau tidak sempurna.

Contoh pada warna bunga Lathyrus odoratus. Persilangan pada gen-gen komplementer menghasilkan perbandingan fenotipe f2 = 9 : 7.

5. Epistasi dan Hipotasi

Epitasi-hipotasi adalah sepasang gen yang menutupi ekspresi gen yang tidak sealel disebut gen epistasis. Gen yang dikalahkan tersebut dinamakan gen hipostasis. Peristiwa ini disebut epistasi dan hipostasi. Epistasi dan hipostasi dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.

  • Epistasi dominan adalah penyimpangan yang terjadi apabila ada satu gen dominan yang bersifat epistasis. Epistasi dominan terjadi pada pewarisan warna umbi lapis pada bawang. Persilangan pada epistasi dominan menghasilkan F2 dengan perbandingan fenotipe = 12 : 3 : 1.
  • Epistasi resesif adalag penyimpangan yang terjadi apabila terdapat gen resesif yang epistasis terhadap gen dominan lain yang tidak sealel. Epistasi resesif terjadi pada pewarisan warna rambut pada tikus. Persilangan pada epistasi menghasilkan perbandingan fenotipe F2 = 9 : 3 : 4.
  • Epistasi dominan dan resesif adalag penyimpangan yang terjadi karena ada dua gen dominan yang keberadaannya menghambat pengaruh salah satu gen dominan tersebut. Epistasi dominan dan resesif terjadi pada pewarisan warna bulu ayam leghorn. Persilangan pada epistasi dominan dan resesif menghasilkan perbandingan F2 = 13 : 3.

Baca juga: Hukum Mendel 1 dan 2 Beserta Contohnya

Nah itulah dia artikel tentang penyimpangan semu hukum mendel beserta macam, contoh, dan penjelasannya. Demikian artikel yang dapat freedomsiana.id bagikan mengenai salah satu materi Biologi dan semoga bermnafaat.

Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *