Rasulullah saw. melakukan Isra’ Mi’raj dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa ke langit tinggi (Sidratul Muntaha) menyaksikan tanda-tanda kekuasaan Allah swt. dan bertemu roh para nabi.
Isra’ Mi’raj adalah jamuan kemuliaan dari Allah, penghibur hati, dan pengganti dari apa yang dialami Rasulullah saw. setelah mendapatkan penghinaan, penolakan, dan pengusiran. Ketika peristiwa ini diceritakan kepada kaum Quraiys, mereka menolaknya dan mengingkarinya. Tetapi ketika diceritakan kepada Abu Bakar r.a. ia langsung memercayai beliau. Inilah mengapa Abu Bakar diberi gelar as Siddiq, karena ia selalu memercayai tanpa ragu apa yang dikatakan Rasul. Ini dikarenakan Abu Bakar mengetahui sifat Nabi Muhammad saw. sebelum dan sesudah menjadi Rasul.
Dalam peristiwa Isra’ Mi’raj ini Rasulullah saw. awalnya diperintahkan Allah swt. untuk melakukan salat lima puluh kali dalam sehari semalam. Rasulullah saw. meminta keringanan berulang-ulang kali, dan akhirnya Allah memberi keringanan dan menjadikan salat hanya lima kali sehari semalam, (Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib dan Isya)
Makna yang terkandung dari peristiwa Isra’ Mi’raj adalah:
- Menunjukkan bahwa Muhammad saw. nabinya dua kiblat (Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa).
- Menunjukkan universalitas ajaran Rasulullah saw., karena disatukannya Mekah dan Al-Quds.
- Isra’ Mi’raj sebagai garis pemisah antara ruang yang sempit dan terbatas dengan sosok kenabian yang abadi dan universal.
- Menegaskan bahwa Nabi Muhammad saw. bukanlah sosok tokoh atau pemimpin untuk satu suku atau bangsa saja, tetapi untuk seluruh umat manusia.