Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

Home » Sejarah » Kerajaan Singasari

Kerajaan Singasari

2 min read

Setelah Kerajaan Kediri berakhir, seluruh wilayah Kediri dipersatukan dengan Tumapel dan lahirlah Kerajaan Singasari. Kerajaan singasari didirikan oleh Ken Arok dan berkembang Kerajaan Singasari dengan pusat Kerajaan Singasari yang terletak di dekat kota Malang, Jawa Timur. Berikut sejarah lengkap Kerajaan Singasari beserta raja-raja yang pernah memberintah Kerajaan Singasari.

1. Ken Arok

Menurut kitab Pararaton, Ken Arok adalah anak seorang petani dari desa Pangkur, sebelah timur Gunung Kawi, Malang. Ibu Ken Arok bernama Ken Endok. Dengan melalui Lohgawe, Ken Arok diabdikan kepada seorang akuwu (bupati) Tumapel yang bernama Tunggul Ametung.

Setelah mengabdi beberapa lama, Ken Arok dapat memperistri Ken Dedes, Ken Arok membunuh Tunggul Ametung dengan keris Mpu Gandring. Setelah berhasil, Ken Arok kemudian menggantikan Tunggul Ametung sebagai penguasa di Tumapel dan memperistri Ken Dedes. Ketika diperistri, Ken Dedes sudah mengandung tiga bulan.

Pada tahun 1222 M dengan dukungan para pendeta, Ken Arok melakukan serangan ke Kediri dan Raja Kertajaya dalam ditaklukkan dalam pertempuran Ganter dekat Pujon, Malang. Setelah Kerajaan Kediri dapat ditaklukkan, seluruh wilayah Kediri dipersatukan dengan Tumapel dan lahirlah Kerajaan Singasari.

Raja pertama setelah Kerajaan Singasari berdiri adalah Ken Arok yang bergelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi. Selama 5 tahun, Ken Arok memerintah Kerajaan Singasari. Pada tahun 1227 M, Ken Arok dibunuh oleh seorang pengalasan atau pesuruh atas perintah Anuspati (Putra Ken Dedes dengan Tunggul Ametung).

Setelah itu, jenazah Ken Arok dicandikan di Kagenengan dalam bangunan perpaduan Syiwa-Buddha. Ken Arok meninggalkan beberapa putra. Bersama Ken Dedes memiliki putra bernama Mahesa Wongateleng, sedangkan bersama Ken Umang, Ken Arok memiliki empat putra yang bernama Panji Tohjoyo, Panji Sudatu, Panji Wregola, dan Dewi Rambi.

2. Anuspati

Anuspati naik takhta pada tahun 1227 M. Anuspati memerintah selama 21 tahun, tetapi belum banyak berbuat untuk pembangunan kerajaan. Berita mengenai siapa yang membunuh Ken Arok sampai kepada Tohjoyo (putra Ken Arok dengan Ken Umang).

Tohjoyo pun ingin membalas dendam kepada Anuspati. Tohjoyo berhasil membunuh Anuspati. Anuspati dicandikan di Candi Kidal, dekat kota Malang sekarang. Anuspati meninggalkan seorang putra yang bernama Ronggowuni.

3. Tohjoyo

Setelah berhasil membunuh Anuspati, Tohjoyo naik takhta. Masa pemerintahan Tohjoyo hanya singkat. Ronggowuni yang merasa berhak atas takhta menuntut pada Tohjoyo. Ronggowuni dibantu oleh Mahesa Cempaka (putra Mahesa Wongateleng). Untuk menghadapi tuntutan Ronggowuni, Tohjoyo mengirim pasukan di bawah Lembu Ampal untuk melawan Ronggowuni. Kemudian terjadilah pertempuran antara pasukan Tohjoyo dan pengikut Ringgowuni.

Dalam pertempuran tersebut, Lembu Ampal yang semua membantu Tohjoyo membalik memihak Ronggowuni. Ronggowuni pun berhasil menduduki istana Singasari. Dalam serangan tersebut, Tohjoyo berhasil meloloskan diri, tetapi akibat luka-lukanya ia meninggal di daerah Katang Lumbang atau sekarang kecamatan Lumbang, Pasuruan.

4. Ronggowuni

Pada tahun 1248 M, Ronggowuni naik takhta Kerajaan Singasari dengan gelar Sri Jaya Wisnuwardana. Dalam memerintah, Ronggowuni didampingi Mahesa Cempaka yang berkedudukan sebagai Ratu Anggabaya. Mahesa Cempaka bergelar Narasimhamurti.

Di bawah pemerintahan Ronggowuni dan Mahesa Cempaka, keadaan Singasari aman dan tentram, rakyat hidup dengan bertani serta berdagang. Pada masa pemerintahannya, Ronggowuni memerintahkan membangun benteng pertahanan di Cangu Lor.

Ronggowuni meninggal pada tahun 1268  M dan dicandikan di dua tempat, yaitu Syiwa di Waleri dan sebagai Buddha Amoghapasa di Jajagu (dikenal dengan Candi Jago). Bentuk Candi Jago sangat menarik, yaitu kaki candi bertingkat tiga dan tersusun berundak-undak. Relief Candi Jago datar dan gambarnya orang menyerupai wayang kulit di Bali. Setelah Ronggowuni meninggal, Mahesa Cempaka pun meninggal, kemudian dicandikan di Kumeper dan Wudi Kucir.

5. Kertanegara

Kertanegara naik takhta pada tahun 1268 M menggantikan Ronggowuni. Kertanegara bergelar Ssri Maharajadiraja Sri Kertanegara. Kertanegara merupakan raja yang paling terkenal di Kerajaan Singasari. Kertanegara bercita-cita menjadikan Singasari sebagai kerajaan yang besar. Setelah Kertanegara meninggal dicandikan di dua tempat, yaitu Candi Jawi di Pandaan dan di Candi Singasari di daerah Singosari, Malang.

Candi Singasari

Sebagai seorang raja yang besar, nama Kertanegara diabadikan di berbagai tempat. Di Surabaya ada sebuah arca Kertanegara yang menyerupai bentuk arca Buddha. Archa tersebut dinamakan arca Joko Dolok. Setelah Raja Kertanegara meninggal, berakhirlah Kerajaan Singasari.

Perluasan Daerah Singasari

Kertanegara menginginkan wilayah  Singasari hingga meliputi seluruh Nusantara. Pada tahun 1275 M, Raja Kertanegara mengirimkan ekspedisi Pamalayu di bawah pimpinan Mahesa Anabrang (Kebo Anabrang). Sasaran ekspedisi tersebut adalah untuk menguasasi Sriwijaya.

Namun, untuk dapat menguasainya harus melalui daerah sekitarnya termasuk bersahabat dan menanamkan pengaruh Singasari di Melayu. Sebagai tanda persahabatan, Raja Kertanegara menghadiahkan patung Amoghapasa pada penguasa Melayu. Adanya ekspedisi Pamalayu ini diharapkan dapat menggoyahkan Sriwijaya.

Untuk memperkuat politik luar negerinya, Kertanegara menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan lain yang ada di luar kepulauan Indonesia, seperti dengan Raja Jayasingawarman III dari Kerajaan Champa. Bahkan, salah seorang saudara perempuan dari Kertanegara diperistri oleh Raja Jayasingawarman III.

Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *