Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

Home » Kerajaan » Sejarah » Kerajaan Aceh Darussalam

Kerajaan Aceh Darussalam

3 min read

Kerajaan Aceh Darussalam berdiri pada tahun 1514 M dan terletak di ujung utara Pulau Sumatra. Kesultanan Aceh didirikan pada tahun 1496 oleh Sultan Ali Mughayat Syah.

Kerajaan ini pada awalnya berdiri atas wilayah Kerajaan Lamuri, kemudian menundukkan dan menyatukan beberapa wilayah kerajaan sekitarnya seperti Daya, Pedir, Nakur dan Lidie. Pada tahun 1524 wilayah Kerajaan Pasai Sudan menjadi baviaan dari Kerajaan Aceh yang kemudian diikuti ole Aur.

Sumber Sejarah Kerajaan Aceh

Adapun sumber sejarah mengenai Kerajaan Aceh Darussalam adalah sebagai berikut.

  1. Kitab Bustanussalatin, ditulis oleh Nuruddin ar-Raniri pada tahun 1637 M.
  2. Genta perunggu Cakra Donya, merupakan hadiah kaisah Cina untuk sultan atau raja Aceh.
  3. Gunongan, di bekas Taman Ghairah Kesultanan Aceh di Banda Aceh.
  4. Makam sultan-sultan Aceh di Banda Aceh.
  5. Masjid Raya Baiturrahman, dibangun oleh Sultan Iskandar Muda.

Kerajaan Aceh berkembang sebagai kerajaan Islam. Perkembangan pesat Kerajaan Aceh tersebut tidak terlepas dari letak Kerajaan Aceh yang strategis, yaitu di Pulau Sumatra bagian utara dekat jalur pelayaran dan perdagangan internasional pada saat itu.

Faktor yang Mendukung Perkembangan Kerajaan Aceh

Berikut ini merupakan faktor yang mendukung perkembangan Kerajaan Aceh.

  1. Letak ibu kota Aceh yang sangat strategis yaitu di pintu gerbang pelayaran dari India dan Timur Tengah yang akan ke Malaka, Cina, dan ke Jawa.
  2. Pelabuhan Aceh (Olele) memiliki persyaratan yang sangat baik sebagai pelabuhan dagang.
  3. Daerah Aceh kaya dengan tanaman lada yang merupakan dagangan ekspor yang penting.
  4. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis menyebabkan pedagang Islam banyak yang singgah ke Aceh, apalagi setelah jalur pelayaran beralih melalui sepanjang pantai barat Sumatra.

Kehidupan Politik Kerajaan Aceh

Adapun corak pemerintahan Aceh adalah pemerintahan sipil dan pemerintahan atas dasar agama. Pemerintahan sipil dipimpin oleh kaum bangsawan. Setiap kampung (gampong) dipimpin oleh seorang ulebalang. Beberapa gampong digabung menjadi sagi yang dipimpin oleh seorang panglima sagi.

Kaum bangsawan yang memegang kekuasaan sipil disebut teuku. Pemerintahan atas dasar agama, dilakukan dengan menyatukan beberaoa gampong dengan sebuah masjid yang disebut mukim. Kepada tiap-tiap mukim disebut imam. Kaum ulama yang berkuasa dalam bidang keagamaan disebut dengan teuku.

Raja-Raja Kerajaan Aceh

Adapun raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Aceh Darussalam antara lain sebagai berikut.

  1. Sultan Ali Mughayat Syah (1514 – 1528 M).
  2. Sultan Salahuddin (1528 – 1537 M).
  3. Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahar (1537 – 1568 M).
  4. Sultan Iskandar Muda (1607 – 1636 M).
  5. Sultan Iskandar Thani (1636 – 1641 M).

Pada tahun 1529 Kerajaan Aceh mengadakan persiapan untuk menyerang Portugis yang ada di Malaka, tetapi tidak jadi karena Sultan Ali Mughayat Syah wafat dan dimakamkan di Kandang XII Banda Aceh.

Sultan Ali Mughayat Syah, kemudian diganti oleh Sultan Salahuddin. Namun, kemudian Sultan Salahuddin diganti oleh Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahar.

Pada masa pemerintahan Sultan Alaudin Riayat Syah al-Kahar dilakukan usaha-usaha mengembangkan kekuatan angakatan perang, perdagangan, dan mengadakan hubungan internasional dengan kerajaan Islam di Timur Tengah (seperti Turki, Abyssinia, dan Mesir).

Pada tahun 1563, Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahar mengirimkan utusan ke Konstantinopel untuk meminta bantuan untuk melawan Portugis. Dua tahun kemudian bantuan datang berupa teknisi-teknisi.

Untuk menjaga keutuhan kesultanan Aceh, Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahar menempatkan suami saudara perempuannya di Barus dengan gelar Sultan Barus, dua orang putra sultan diangkat menjadi Sultan Aru dan Sultan Pariaman dengan gelar resminya Sultan Ghari dan Sultan Mughal, dan di daerah-daerah pengaruhnya ditempatkan wakil-wakil dari Aceh.

Masa Kejayaan Kerajaan Aceh

Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Untuk memperkuat kedudukan Kesultanan Aceh sebagai pusat perdagangan, Sultan Iskandar Muda melakukan beberapa tindakan berikut.

  1. Merebut sejumlah pelabuhan penting di pesisir barat dan timur Sumatra, serta pesisir barat semenanjung Malaya.
  2. Menyerang kedudukan Portugis di Malaka dan kapal-kapalnya yang melalui Selat Malaka. Aceh sempat menang perang melawan armada Portugis di sekitar Pulau Bintan pada tahun 1641.
  3. Bekerja sama dengan Inggris dan Belanda untuk memperlemah pengaruh Portugis Sultan Iskandar Muda mengizinkan persekutuan dagang kedua negara itu untuk membuka kantor di Aceh.

Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Aceh mengalami kemajuan seperti disusunnya suatu undang-undang tentang tata pemerintahan yang disebut Adat Makuta Alam. Di bidang sastra dan filsafat juga mengalami kemajuan.

Pada waktu itu muncul seorang ulama besar (Hamzah Fansuri) yang mengajarkan ilmu tasawuf dan pengarang buku tentang filsafat agama Islam dan syair keahamaan. Setelah Hamzah Fansuri meninggal, ajarannya disebarluaskan oleh salah seorang muridnya bernama Syamsuddin Pasai.

Keruntuhan Kerajaan Aceh

Kerajaan Aceh mengalami kemunduran sepeninggal Sultan Iskandar Thani. Runtuhnya Kerajaan Aceh disebabkan oleh hal-hal berikut.

  1. Kekalahan Aceh dalam perang melawan Portugis di Malaka pada tahun 1629 M.
  2. Tokoh pengganti Sultan Iskanda Muda tidak secakap pendahulunya.
  3. Permusuhan di antara kaum ulama yang menganut ajaran Syamsudin as-Sumatrani dan penganut ajaran Nuruddin ar-Raniri.
  4. Daerah-daerah yang jauh dari pemerintahan pusat, seperti Johor Perlak, Pahang, Minangkabau, dan Siak melepaskan diri dari Aceh.
  5. Pertahanan Aceh lemah sehingga bangsa-bangsa Eroa berhasil mendesak dan menggeser daerah perdagangan Aceh. Akibatnya perekonomian di Aceh menjadi lemah.

Peninggalan Kerajaan Aceh

Adapun beberapa peninggalan dari Kerajaan Aceh Darussalam adalah sebagai berikut.

  1. Benteng Indrapatra.
  2. Makam Sultan Iskandar Muda
  3. Taman Sari Gunongan.
  4. Masjid Raya Baiturrahman.
  5. Masjid Tua Indrapuri.
  6. Lukisan Sultan Iskandar Muda  Sultan Muhammad Daud Syah.
  7. Meriam Kesultanan Aceh.
  8. Hikayat Prang Sabi.
  9. Uang Logam Emas Kerajaan Aceh Darussalam (Dirham).

Baca juga: Kerajaan Samudera Pasai

Nah, itulah informasi lengkap tentang Kerajaan Aceh Darussalam yang merupakan salah satu kerajaan bercorak Islam di Indonesia. Demikian artikel yang bisa freedomsiana bagikan mengenai kerajaan-kerajaan Islam di nusantara dan semoga bermanfaat.

Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *