Kemajuan dinasti Umayyah dilakukan dengan ekspansi sehingga menjadi negara Islam yang besar dan luas. Dari persatuan berbagai bangsa di bawah naungan Islam lahirlah benih-benih kebudayaan dan peradaban Islam yang baru. Meskipun demikian, banu Umayyah lebih banyak memusatkan perhatian pada kebudayaan Arab.
Pada zaman pemerintahan Abdul Malik, Salih bin Abdur Rahman, sekretaris al-Hajjaj, mencoba menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa remi seluruh negeri, meskipun bahasa-bahasa asal tidak sepenuhnya di hilangkan. Orang-orang non-Arab telah banyak memeluk Islam dan mulai pandai menggunakan bahasa Arab. Perhatian bahasa Arab mulai diberikan untuk menyempurnakan pengetahuan mereka tentang bahasa Arab. Hal inilah yang mendorong lahirnya seorang ahli bahasa, seperti Sibawaih. Sejalan dengan itu, perhatian pada syair Arab jahiliah pun muncul kembali sehingga bidang sastra Arab mengalami kemajuan.
Bidang pembangunan juga diperhatikan pada khalifah bani Umayyah. Masjid-masjid di semenanjung Arabia di bangun, Katedral St. John di Damaskus diubah menjadi masjid, dan ketedral di Hims digunakan sekaligus sebagai masjid dan gereja. Selain itu, di masa ini gerakan-gerakan ilmiah telah dikembangkan pula, seperti dalam bidang keagamaan, sejarah, dan filsafat. Pusat kegiatan ilmiah ini adalah Kuffah dan Basrah di Irak.
Ekspansi ke Barat dilakukan secara besar-besaran pada masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik. Pada masa ini dikenal dengan masa ketentraman, kemakmuran, dan ketertiban. Pada masa pemerintahannya tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah barat daya benua Eropa, yaitu pada tahun 771 M. Ekspesidi tersebut dipimpin oleh Tariq bin Ziyad dengan menyeberangi selat yang memisahkan antara Maroko dan benua Eropa. Meraka kemudian mendarat di suatu tempat yang dinamakan dengan Gibraltar (Jabal Tariq). Tariq berhasil mengalahkan tentara spanyol dan dapat menguasai Cordova, Sevila, Elvira, dan Toledo. Pasukan Islam dapat memperoleh kemenanga dengan mudah karena mendapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa. Dinasti Umayyah di samping telah berhasil dalam ekspansi teritorialnya sebagaimana disebutkan sebelumnya, juga berhasil di berbagai bidang di antaranya dalam bidang administrasi pemerintahan yang meliputi sebagai berikut.
1. Pemisahan Kekuasaan
Terjadi dikotomi antara kekuasaan agama dan kekuasaan politik.
2. Pembagian Wilayah
Wilayah kekuasaan terbagi menjadi beberapa provinsi, yaitu: Syiria dan Palestina, Kuffah, dan Irak, Basrah dan Persia, Sijistan, Khurasan, Bahrain, Oman, Najd, dan Yamamah, Arenia, Hijaz, Karman dan India, Egypt (Mesir), Ifriqiyah (Afrika Utara), Yaman, dan Arab Selatan, serta Andalusia.
3. Bidang Administrasi Pemerintahan
Organisasi tata usaha negara terpecah menjadi bentuk dewan. Departemen Pajak dinamakan dengan Dewan Al-Kharaj, Departemen Pos dinamakan dengan Dewan Rasail, departemen yang menangani berbagai kepentingan umum dinamakan dengan Dewan Musgilat, Departemen Dokumen Negara dinamakan Dewam Al-Khatim.
4. Organisasi Keuangan
Terpusat pada baitulmal yang asetnya diperoleh dari pajak tanah perorangan bagi nonmuslim. Percetakan uang dilakukan pada Khalifah Abdul Malik bin Marwan.
5. Bidang Arsitektur
Terlihat pada kubah Sakhra di Baitulmakdis, yaitu kubah batu yang didirikan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan pada tahun 691 M.
6. Bidang Pendidikan
Pemerintah memberikan dorongan kuat dalam memajukan pendidikan dengan menyediakan sarana dan prasarana. Hal tersebut dilakukan agar para ilmuan, ulama, dan seniman mau melakukan pengembangan dalam ilmu yang dialaminya serta dapat melakukan kadernisasi terhadap generasi setelahnya.
Pada masa ini telah dilakukan penyempurnaan penulisan Alquran dengan memberikan baris dan titik pada huruf-hurufnya. Hal tersebut dilakukan pada masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan yang menjadi khalifah antara tahun 685-705 M. Pada masa dinasti ini juga telah dilakukan pembukuan Hadist, tepatnya pada waktu pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul al-Aziz (99-10 H), mulai saat itu ilmu hadis berkembang dengan sangat pesat. Khalifah-khalifah dinasti Umayyah juga menaruh perhatian pada perkembangan ilmu-ilmu lain, seperti ilmu agama yang mencakup Alquran , hadist, fikih, sejarah, dan geografi. Ilmu sejarah dan geografi, yaitu segala ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah, dan riwayat. Ubaid bin Syariyah al-Jurhumi telah berhasil menulis berbagai peristiwa sejarah, ilmu pengetahuan bidang bahasa, yaitu segala ilmu yang mempelajari bahasa seperti nahwu, dan saraf. Bidang filsafat, yaitu segala ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa asing, seperti ilmu mantik, kimia, astronomi, ilmu hitung, dan ilmu yang berhubungan dengan itu, serta ilmu kedokteran. Khalifah Walid bin Abdul Malik mendirikan sekolah kedokteran, ia melarang para penderita kusta meminta-minta di jalan, bahkan khalifah menyediakan dana khusus bagi para penderita kusta tersebut, pada masa ini sudah ada jaminan sosial bagi anak-anak yatim dan anak terlantar.
Nah itulah sedikit penjelasan mengenai kemajuan yang dicapai pada masa pemerintahan dinasti bani umayyah, demikian dan semoga bermanfaat.