Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

Home » Sejarah » Kebudayaan Bacson Hoabinh: Sejarah, Ciri, dan Penemuan

Kebudayaan Bacson Hoabinh: Sejarah, Ciri, dan Penemuan

2 min read

Pusat kebudayaan zaman mesolitikum di Asia berada di dua tempat, yaitu di Bocson dan Hoabinh. Kedua tempat tersebut berada di wilayah Tongkin di Indocina (Vietnam).

Istilah Bacson-Hoabinh pertama kali digunakan oleh arkeologi Prancis yang bernama Madeleine Colani pada tahun 1920-an. Nama tersebut untuk menunjukkan suatu tempat pembuatan alat-alat bantu yang khas dengan ciri dipangkas pada satu atau dua sisi permukaannya.

Sejarah Kebudayaan Bacson Hoabinh

Daerah penemuan peninggalan kebudayaan Bacson-Hoabinh yaitu di seluruh wilayah Asia Tenggara hingga Myanmar (Burma) di barat dan ke utara hingga provinsi-provinsi selatan dari kurun waktu antara 18.000-3.000 tahun yang lalu. namun, pembuatan kebudayaan Bacson-Hoabinh terus berlangsung di beberapa kawasan sampai masa yang lebih baru.

Di daerah Vietnam ditemukan tempat perbuatan alat dari batu yang sejenis dengan alat-alat batu dari kebudayaan Bacson-Hoabinh. Di Gua Xon Trai (dalam buku Pham Ly HoungRadiocarbon Dates of the Hoabinh Culture in Vietnam, 1994) ditemukan alat-alat batu yang sudah diasah pada sisi yang tajam. Alat-alat batu dari Gua Xom Trai tersebut diperkirakan berasal dari 18.000 tahun yang lalu.

Dalam perkembangan selanjutnya, alat-alat dari batu atau yang dikenal dengan kebudayaan Bacson-Hoabinh, tersebar dan berhasil ditemukan hampir di seluruh daerah Asia Tenggara, baik daratan maupun kepulauan, termasuk wilayah Indonesia.

Ciri-Ciri Kebudayaan Bacson Hoabinh

Kebudayaan Bacson-Hoabinh mempunyai ciri khas, yaitu penyerpihan pada satu atau dua sisi permukaan batu kali yang berukuran sekitar satu kepalan dan sering seluruh tepiannya menjadi bagian yang tajam. Hasil penyerpihannya itu menunjukkan berbagai bentuk, seperti lonjong, segi empat, segitiga, dan beberapa di antaranya ada yang berbentuk berpinggang.

Penemuan Kebudayaan Bacson Hoabinh

Menurut C.F. Gorman dalam bukunya The Hoabinhian and After: Subsistance Patterns in South East Asia During the Latest Pleistocene and Early Recent Periods (1971) bahwa penemuan alat-alat dari batu paling banyak ditemukan dalam penggalian di pegunungan batu kapur di daerah Viernam bagian utara, yaitu di daerah Bacson, Pegunungan Hoabinh.

Di samping alat-alat dari batu juga ditemukan alat-alat serpih, batu giling dari berbagai ukuran, alat-alat dari tulang, dan sisa tulang berlulang manusia yang dikuburkan dalam posisi terlipat yang ditaburi zat warna merah.

Penemuan Kebudayaan Bacson Hoabinh di Indonesia

Di Indonesia, alat-alat batu dari kebudayaan Bacson-Hoabinh ditemukan di daerah Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, sampai ke Papua. Di Sumatra alat-alat dari batu yang sejenis dengan kebudayaan Bacson-Hoabinh ditemukan di Lhokseumawe dan medan.

Benda itu berhasil ditemmukan pada bukit-bukit sampah kerang yang berdiameter 100 meter dengan kedalaman 10 meter. mapisan kerang tersebut diselang-seling dengan tanah dan abu. Bukit kerang ini ditemukan pada tempat dengan ketinggian hampir sama dengan permukaan air laut sekarang.

Pada kala holosen daerah tersebut merupakan garis pantai. Ada beberapa tempat penemuan yang sekarang ini berada di bawah permukaan laut. Namun, sebagian besar tempat ditemukannya alat-alat dari batu di sepanjang pantai telah terkubur di bawah endapan tanah. Hal ini disebabkan oleh proses pengendapan yang berlangsung salama beberapa ribu tahun yang lalu.

Di Jawa, alat-alat kebudayaan batu sejenis keudayaan Bacson-Hoabinh ditemukan di daerah lembah Sungai Bengawan Solo. Penemuan alat-alat dari batu ini ketika dilakukan penggalian untuk mencari fosil-fosil manusia purba.

Peralatan batu yang berhasil ditemukan memiliki usia jauh lebih tua dari peralatan batu yang ditemukan pada bukit-bukit sampah kerang di Sumatra. Hal ini dapat terlihat dari cara permbuatannya. Peralatan batu yang ditemukan di daerah lembah Sungai Bengawan Solo dibuat dengan cara yang sangat sederhana dan belum diserpih dan diasah.

Batu kali digunakan secara langsung dengan cara mengenggam. Menurut Von Koenigswald, peralatan dari batu yang digunakan oleh manusia purba Indonesia sejenis Pithecanthropus erectusBerdasarkan penelitiannya, alat-alat dari batu tersebut berasal dari daerah-daerah Bacson-Hoabinh.

Di daerah Cabbenge, Sulawesi Selatan berhasil ditemukan alat-alat batu yang berasal dari kala pleistosen dan holosen. Penggalian dalam upaya menemukan alat-alat dari batu juga dilakukan di daerah pedalaman Maros sehingga dari beberapa tempat penggalian berhasil ditemukan alat-alat dari batu, termasuk alat serpih berpunggung dan mikrolot yang dikenal dengan toalian. Alat batu toalian diperkirakan berasal dari 7.000 tahun yang lalu.

Baca juga: Kebudayaan Kjokkenmoddinger dan Abris Sous Roche

Perkembangan peralatan batu di daerah Maros ini, diperkirakan bersamaan dengan munculnya tembikar di kawasan itu. Di samping daerah-daerah tersbeutm peralatan batu kebudayaan Bacson-Hoabinh juga ditemukan di daerah-daerah lain seperti daerah pedalaman Semenanjung Minahasa, Flores, Maluku Utara, dan daerah-daerah lain di Indonesia.

Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *