Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

Home » IPS » Sejarah » Historiografi Tradisional

Historiografi Tradisional

2 min read

Historiografi Tradisional – Historiografi adalah proses penyusunan fakta-fakta sejarah dan berbagai sumber yang telah diseleksi dalam sebuah bentuk penulisan sejarah. Historiografi merupakan tahap terakhir dari kegiatan penelitian untuk penulisan sejarah. Salah satu jenis historiografi adalah historiografi tradisional, berikut penjelasannya!

Pengertian Historiografi Tradisional

Historiografi Tradisional atau penulisan sejarah tradisional adalah penulisan sejarah yang dimulai dari zaman Hindu sampai masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia. Penulisan sejarah pada zaman ini berpusat pada masalah-masalah pemerintahan dari raja-raja yang berkuasa, bersifat istanasentris, yang mengutamakan keinginan dan kepentingan raja.

Tujuan Historiografi

Tujuan penulisan sejarah (historiografi) tradisional adalah untuk menghormati dan meninggikan kedudukan raja, nama raja, serta wibawa raja, agar raja tetap dihormati, tetap dipatuhi, dan dijunjung tinggi.

Penulisan sejarah  pada masa itu sebetulnya lebih merupakan ekspresi budaya daripada usaha untuk merekam masa lampau sebagaimana halnya sejarah yang kita kenal sekarang. Untuk menulis karya sejarah  pada waktu itu tidak diperlukan penguasaan dan penerapan metodologi, cukup kemampuan menyusun cerita dari peristiwa di masa lalu, maka jadilah karya sejarah.

Penulisan sejarah pada masa itu tidak ditujukan untuk mendapatkan kebenaran sejarah melalui pembuktian fakta-fakta, tetapi diperoleh melalui pengakuan dan untuk diabdikan kepada penguasa. Oleh karena itu, dalam historiografi tradisional tercipta unsur-unsur sastra yang menyuguhkan karya mitologi dan imajinatif.

Walaupun demikian, di dalamnya sudah ada batasan waktu dan urutan kejadian sehingga telah melahirkan historisasi mitologi. Contoh historiografi tradisional antara lain adalah Sejarah Melayu, Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Aceh, Babad Tanah Jawa, Babad Pajajaran, Babad Majapahit, dan Babad Kartasura

Ciri-Ciri Historiografi Tradisional

Berikut ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki naskah historiografi tradisional.

  1. Hanya membahas aspek tertentu, seperti aspek keturunan (genealogi) atau aspek kepercayaan (religius),
  2. Hanya membicarakan peristiwa tertentu yang dianggap penting dan perlu ditanamkan di tengah masyarakat untuk kepentingan istana.
  3. Mengedepankan sejarah keturunan dari satu raja kepada raja berikutnya (genealogi).
  4. Historiografi tradisional lebih sering memuat kehidupan raja dan bangsawan.
  5. Historiografi tradisional menekankan pada struktur bukan proses.

Historiografi tradisonal secara garis besar dibedakan menjadi 2 macam, yaitu historiografi tradisional masa Hindu-Buddha, dan historiografi tradisional masa Islam. Berikut masing-masing penjelasannya.

Historiografi Tradisional Masa Hindu-Buddha

Borobudur

Pada masa Hindu-Buddha, sejarah lebih banyak ditulis pada batu yang dikenal dengan prasasti. Tujuan pembuatan prasasti adalah agar generasi penerus dapat mengetahui bahwa ada suatu peristiwa penting yang terjadi dalam suatu kerajaan di bawah pemerintahan seorang raja. Biasanya prasasti ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta.

Ciri-Ciri Historiografi Hindu-Buddha

Berikut ciri-ciri penulisan sejarah pada periode Hindu-Buddha.

1. Karya penulisan yang dihasilkan merupakan terjemahan naskah Hindu dari India, seperti Mahabharata dan Ramayana yang diterjemahkan dalam parwa (karya prosa epos) Jawa Kuno. Buku keempat dari Mahabharata (Wirataparwa) merupakan buku pertama yang diselesaikan dan pertama kali dibacakan pada tahun 996 di hadapan penguasa Jawa Timur.

2. Historiografi tradisional bersifat religiomagis. Istilah religiomagis berasal dari kata religi dan magis. Religi yaitu kepercayaan tentang adanya kekuatan di atas manusia. Magis bersifat menimbulkan kekuatan gaib serta dapat menguasai alam sekitar. Karya yang dihasilkan memberi peranan pada kekuatan supranaturan beserta peristiwa-peristiwa yang ada di luar jangkauan manusia. Contoh karya sastra historiografi yang bersifat religiomagis, antara lain Aji Saka dan Bubuksah.

3. Kandungan isi penulisan bersifat keratonsentris (istanasentris). Biasanya para penguasa kerajaan tradisional berusaha melegitimasi kekuasannya dan mewariskan pengalaman kepada generasi penerusnya. Untuk hal itulah raja membutuhkan tulisan sejarah yang disusun oleh pujangga keraton sehingga muncul tulisan berupa krobik dan babad.

Oleh karena itu, pandangan hidup para pujangga masih diliputi rajasentris, karya yang dihasilkan pun bersifat keratonsentris. Para pujangga tersebut tidak hanya menulis peristiwa yang bersifat historis, tetapi juga mitologi demi untuk kebesaran raja. Contoh karya jenis ini antara lain adalah Negarakertagama dan Pararaton.

Historiografi Tradisional Masa Islam

Masjid Agung Demak

Pada masa kerajaan Islam, penulisan peristiwa sejarah ditulis dalam kitab-kitab. Beragam karya sejarah pada masa ini membuktikan tradisi budaya Arab berhasil memengaruhi dan mengubah model penulisan sejarah di Indonesia.

Ciri-Ciri Historiografi Islam

Berikut ciri-ciri penulisan sejarah pada masa Islam.

1. Karya yang ditulis pada masa Islam belum bisa meninggalkan mitologi. Dalam beberapa karya terlihat bahwa setelah seseorang menerima wahyu (pulung, ndaru, dan cahaya suci), kemudian tokoh tersebut menjadi tokoh penting. Biasanya tulisan seperti ini untuk melegitimasi kekuasaan seorang raja, contohnya kisah Jaka Tingkir (Raja Pajang) dan Sutawijaya (Raja Mataram Islam).

2. Karya penulisannya telah mengenal kronologi, misalnya asal-usul raja atau sebab berdirinya sebuah kerajaan. Sebagai contoh, idharul Haqq fi Mamlakat Perlak yang berisi sejarah Kerajaan Perlak dan izhar al-Haqq fi Silsilat Raja Perlak (sejarah dinasti para penguasa Perlak).

3. Karya-karyanya bersifat etnosentris. Karya-karya berupa babad atau hikayat mengisahkan lingkungan etnik yang terbatas, misalnya Babad Tanah Jawa dan Hikayat Raja-Raja Pasai. Kedua karya tersebut mengisahkan kehidupan pada masa Kerajaan Mataram Islam di Jawa dan Kerajaan Samudera Pasai di Aceh.

Untuk memberikan gambaran mengenai kedatangan agama Islam di Jawa, tokoh yang terlibat dalam penyebaran agama Islam, dan pembentukan komunitas Islam pertama, bisa dilihat dari karya-karya babad dan serat, seperti Babad Demak, Babad Majapahit, Babad Pajang, Serat Siti Jenar, Serat Cebolek, dan Serat Centini.

Nah, itulah penjelasan lengkap mengenai historiografi tradisional beserta tujuan, dan historiografi pada masa Hindu-Buddha, serta Islam. Demikian artikel yang dapat saya bagikan mengenai historiografi tradisional dan semoga bermanfaat.

Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *