John Galtung merupakan seorang ilmuan sosial yang berpendapat dalam bukunya yang berjudul “Theory and Method of Social Research” tahun 1966 bahwa sejarah adalah ilmu diakronis (diachronic) dan ilmu sosial lainnya adalah ilmi sinkronis.
Sejarah tidak sebatas ilmu pengetahuan di masa lalu, bukan pula ilmu hafalan yang hanya menghafal nama, tanggal, tahun, dan tempat kejadian peristiwa.
Sejarah dapat dimanfaatkan sebagai sarana berpikir membayangkan masa lalu dengan ilustrasi peristiwa, sumber lisan, dan dokumen visual, yang berpikir sejarah dapat dilakukan dengan cara diakronis dan sinkronis.
Daftar Isi
1. Diakronis
Diakronis adalah kemampuan dalam memahami peristiwa bukan sebagai kejadian tunggal dengan menekankan pada penelusuran waktu. Diakronis dapat diartikan memanjang dalam waktu, tetapi terbatas dalam ruang.
Menurut Kuntowijoyo (2008), diakronis adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala yang memanjang dalam wakti, tetapi terbatas dalam ruang.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diakronis adalah berkenaan dengan pendekatan terhadap bahasa dengan melihat perkembangan sepanjang waktu (bersifat historis).
Menurut Galtung, diakronis berasal dari bahasa Yunani “diachronich” yang terdiri atas kata dia, artinya melalui atau melampaui dan kata “chronicus” artinya waktu.
Berpikir Diakronis
Berpikir diakronis adalah berpikir kronologi (urutan) dalam menganalisis sesuatu dan mementingkan proses terjadinya suatu peristiwa.
Melalui pendekatan diakronis, sejarah berusaha menganalisis evolusi atau perubahan sesuatu dari waktu ke waktu, yang memungkinkan seseorang mengira perubahan itu berlaku sepanjang masa.
Ciri-Ciri Diakronis
Adapun ciri-ciri berpikir diakronis adalah sebagai berikut.
- Menitikberatkan pengkajian peristiwa pada sejarahnya.
- Terdapat konsep perbandingan.
- Mengkaji dengan berlalunya masa.
- Bersifat historis atau komperatif dan vertikal.
- Memiliki cakupan kajian yang lebih luas.
2. Sikronis
Sinkronis adalah kemampuan dalam mempelajari atau memahami gejala-gejala yang meluas dalam ruang, tetapi dala waktu yang terbatas.
Konsep sinkronis dalam sejarah adalah kajian yang lebih menitikberatkan penelitian gejala-gejala yang meluas dari sebuah peristiwa.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sinkronis adalah gejala sesuatu yang bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi pada suatu masa.
Kata sinkronis berasal dari bahasa Yunani “synchronoss“, dimana kata syin artinya dengan, dan kata chronoss artinya waktu.
Berpikir Sinkronis
Berpikir sinkronis adalah mementingkan struktur yang ada pada sebuah peristiwa. Berpikir kritis hanya menganalisis suatu peristiwa tertentu saja.
Selain itu berpikir sinkronis dituntut untuk menerangkan secara mendalam yang dikaji dari segi politik, ekonomi, atau sosial budaya.
Ciri-Ciri Sinkronis
Adapun ciri-ciri berpikir sinkronis adalah sebagai beirkut.
- Mengjaki pada masa tertentu.
- Menitikberatkan pengkajian pada strukturnya (karakternya).
- Tidak ada konsep perbandingan.
- Bersifat horizontal.
- Cakupan kajian lebih sempit.
- Memiliki sistematis yang tinggi, serta bersifat lebih serius dan sulit.
3. Kronologi
Kronologi adalah ilmu yang mempelajari waktu atau sebuah kejadian pada waktu tertentu. Kronologi berasal dari bahasa Yunani “chronos” yang berarti waktu dan “logos” yang berarti ilmu.
Menurut Zed, ilmu sejarah diakronis disampaikan secara kronologis. Ilmu sejarah menjelaskan perubahan dalam lintasan waktu yang disampikan berurutan dari waktu yang paling awal hingga akhir.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kronologi adalah ilmu pengukuran berdasarkan kesatuan waktu dan urut-urutan waktu dari sejumlah kejadian atau peristiwa tertentu.
Menurut kamus Merriam-webster, kronologi adalah pengaturan atau pengorganisasian setiap peristiwa dalam urutan kejadian.
Jika kalian memperhatikan berita-berita di televisi, koran, majalah, atau bahkan buku-buku sejarah, peristiwa bersejarah disampaikan secara kronologis. Dalam konten tersebut kronologi memaparkan urutan berbagai kejadian penting yang membentuk suatu peristiwa bersejarah.
Oleh karena iti, dalam mempelajari sejarah harus memperhatikan urutan-urutan waktu kejadiannya atau kronologinya agar kita mendapatkan pemahaman yang baik, buku dengan melompat-lompat urutan waktunya.
4. Periodisasi
Periodisasi atau pembabakan waktu adalah proses strukturisasi waktu dalam sejarah dengan pembagian atas beberapa babak, zaman, atau periode. Periodisasi dalam sejarah dilakuakn dengan cara menghubungkan berbagai peristiwa sesuai dengan masanya dalam satu periode.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), periodisasi adalah pembagian menurut zamannya, seperti penzamanan atau pembabakan.
Periodisasi dalam sejarah berdasarkan kriteria tertentu yang ditentukan oleh sejarawan. Sebagai contoh periodisasi berdasarkan waktu adalah masa praaksara yakni zaman ketika manusia belum mengenal tulisan, dan masa aksara yakni manusia telah mengenal tulisan.
Periodisasi mempunyai tujuan untuk melakukan penyederhanaan, memudahkan klasifikasi dalam ilmu sejarah, mengetahui sejarah secara kronologis, memudahkan pengertian, dan untuk memenuhi persyaratan sistematika ilmu pengetahuan.
Baca juga: Sejarah Sebagai Peristiwa: Pengertian, Syarat, Ciri-Ciri, dan Sifat
Nah itulah dia artikel tentang pengertian diakronis, sinkronis, kronologi, dan periodisasi beserta penjelasanya. Demikian artikel yang dapat freedomsiana.id bagikan dan semoga bermanfaat.