Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

Home » Sejarah » Dampak Kolonialisme dan Imperialisme di Bidang Pendidikan

Dampak Kolonialisme dan Imperialisme di Bidang Pendidikan

1 min read

Tujuan pembentukan sistem pendidikan Belanda bagi orang Indonesia sebelum politik etis adalah sekadar untuk menyediakan tenaga ahli yang murah untuk mengerjakan administrasi kolonial. Kebutuhan tenaga terdidik dimaksudkan untuk mengantisipasi meluasnya wilayah kekuasaan Belanda. Setelah diberlakukan politik etis, perhatian pada pendidikan semakin tegas.

Adanya politik etis memberikan pengaruh positif bagi perkembangan pendidikan di Indonesia. Belanda mendirikan sekolah-sekolah bagi orang Belanda dan pribumi di berbagai daerah. Penerapan politik etis menyebabkan munculnya kaum intelektual di Indonesia.

Adanya politik etis (irigasi, edukasi, dan transmigrasi) membawa pengaruh besar terhadap perubahan arah kebijakan politik negeri Belanda atas negeri jajahan. Pada era ini muncul simbol baru yaitu “kemajuan”.

Berbagai kehidupan mulai mengalami perubahan. Mulai diperhatikan pembangunan infrastrktur yaitu dengan adanya jalur kereta api Jawa-Madura. Dalam bidang pertanian, pemerintahan kolonial memberikan perhatian pada bidang penemuhan kebutuhan pangan dan membangun irigasi.

Untuk mendukung simbol kemajuan, maka dalam era politik etis dikembangkan program pendidikan. Pendidikan tersebut tidak hanya untuk orang Belanda, tetapi juga untuk kaum pribumi dengan persyaratan-persyaratan tertentu.

Dampak Kolonialisme dan Imperialisme di Bidang Pendidikan

Dalam bidang pendidikan meskipun dampaknya sangat kecil kepada kaum pribumi, tetapi membawa dampak pada tumbuhnya sekolah-sekolah. Pada tahun 1900 di seluruh Hindia Belanda tercatat sebanyak 169 Europeesche Lagere School (ELS). Dari ELS dapat melanjutkan ke STOVIA (School tot Opleiding van Indischen Artsen) ke Batavia atau Hogere Burger School (HBS).

Keberadaan sekolah guru sangat diperlukan untuk memperluas program pendidikan. Sekolah guru atau Kweekschool sudah dibuka di Solo pada tahun 1852. Khusus untuk kaum pribumi disediakan Sekolah Kelas Satu yang muridnya berasal dari anak-anak golongan atas yang nanti akan menjadi pegawai.

Adapun untuk rakyat pada umumnya disediakan sekolah Kelas Dua (Skolah Ongko Loro). Bagi para pemuda aktivis banyak yang sekolah di STOVIA yang berpusat di Batavia. STOVIA sering disebut dengan Sekolah Dokter Jawa. Dari STOVIA lahir beberapa tokoh pergerakan kebangsaan.

Meskipun penduduk pribumi yang bersekolah sedikit, keberadaan sekolah telah menumbuhkan kesadaran di kalangan pribumi akan pentingnya pendidikan. Hal tersebut mempercepat proses modernisasi dan munculnya kaum terpelajar yang akan membawa pada kesadaran nasioalisme.

Dengan munculnya kaum terpelajar mendorong munculnya surat kabar, seperti Pewarta Prijaji yang dikelola oleh R.M. Cokrohadikusumo. Selain Pewarta Priyayi, juga ada surat kabar De Preanger Bode (1885) di Bandung, Deli Courant (1884) di Sumatra Timur, Makassarsche Courant (1902) di Sulawesi, Bromartani (1855) di Surakarta, dan Bintang Hindia (1902) yang dikelola oleh Abdul Rivai.

Dengan adanya surat kabar tersebut membawa pencerahan di kalangan pribumi. Dari berbagai informasi yang ada di surat kabar tersebut, lambat laun kesadaran akan pentingnya persammaan, kemerdekaan terus menyebar ke kalangan terpelajar di seluruh wilayah Hindia Belanda.

Dengan adanya informasi yang terus berkembang itulah kaum terpelajar terus melakukan dialog dan berdebat mengenai masa depan tanah kelahiran sehingga kesadaran pentingnya kemerdekaan terus berkembang yang puncaknya adalah adanya kesadaran untuk menjadi satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa.

Baca juga: Dampak Kolonialisme dan Imperialisme di Bidang Budaya

Nah, itulah dia artikel tentang dalam kolonialisme dan imperalisme di Indonesia bidang pendidikan. Demikian artikel yang dapat freedomsiana.id bagikan tentang salah satu bab dalam materi kolonialisme di Indonesia dan semoga bermanfaat.

Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *