Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

Home » Sejarah » Dampak Kolonialisme dan Imperialisme di Bidang Budaya

Dampak Kolonialisme dan Imperialisme di Bidang Budaya

2 min read

Kehidupan budaya bangsa Indonesia sejak kedatangan bangsa barat banyak mengalami perubahan. Dalam bidang budaya, di Indonesia terjadi westernisasi (cenderung meniru budaya kebarat-baratan). Corak kehidupan bangsa Barat telah memengaruhi lingkungan kehidupan trandisonal masyarakat Indonesia.

Cara bergaul, gaya hidup, cara berpakaian, serta pendidikan bangsa Barat mulai dikenal di kalangan raja dan bangsawan. Selain itu, kehidupan bangsa Barat juga menyebabkan kekhawatiran para penguasa karena bisa berdampak merusak nilai-nilai kehidupan tradisional.

1. Pakaian

Pakaian masyarakat Indonesia sebelum Belanda datang ke Indonesia masih didominasi oleh pakaian-pakaian daerah setempat dan budaya Islam. Setelah bangsa Belanda dengan VOC-nya datang ke Indonesia, pakaian Belanda merupakan penanda yang jelas tentang kebudayaan dan agama para tuan tanah asing. Topi, celana, dan sepatu berfungsi untuk membedakan orang-orang Eropa dengan orang Indonesia.

Hal tersebut ditentukan oleh ordonansi yang dikeluarkan oleh VOC pada tahun 1658. Ordonansi tersebut melarang orang Jawa di Batavia untuk bebaur dengan “bangsa-bangsa” Indonesia lainnya dan memakai kostum mereka. Oleh karena itulah, orang pribumi diwajinkan untuk setia pada pakaian tradisonal dan tutup kepala. Orang Indonesia yang diperbolehkan memakai pakain gaya Eropa hanya raja, pangeran, para bupati, dan penganut Kristiani.

Dalam perkembangan selanjutnya pada abad ke-20 pelarangan tersebut secara perlahan mulai hilang. Namun, tidak berarti tanpa proses perjuangan dari bangsa Indonesia. Salah satu anggota Sarekat Islam dari Solo, Mas Marco Kartodikromo melalui surat kabar “Doenia Bergarak” menyuarakan protesnya terhadap larangan berpakaian Eropa dan bersikap kebarat-baratan. Diskriminasi pakaian hilang setelah maraknya para pelajar Indonesia memakai pakaian jas dengan celana panjang putih serta berdasi.

2. Bahasa

Bahasa sehari-hari yang umum pada masa penjajahan Belanda adalah perpaduan bahasa Belanda dan Melayu. Penggunaan dua bahasa itulah awal penting masuknya bahasa Belanda dalam kosakata bahasa kita. Pada awal abad ke-20, proses penyerapan bahasa Belanda oleh bahasa Indonesia semakin intensif. Intensitas penggunaan bahasa Belanda tersebut seiring dengan perkembangan teknologi Barat. Pada masa itu, bahasa Belanda merupakan bahasa modern untuk menentukan kelas sosial.

Baca: Dampak Kolonialisme dan Imperialisme di Bidang Sosial

Hanya pribumi terpelajar yang bisa berbahasa Belanda, seperti keluarga bupati dan bangsawan lokal Jawa. Menurut Russell Jones, dalam bukunya yang berjudul Loan World in Indonesian and Malay (2008), bahasa Indonesia dan bahasa Melayu memiliki sekitar 4.000 kata serapan dari bahasa Belanda.

Selain bahasa Belanda, bahasa yang populer di tengah-tengah masyarakat kota modern terutama di Pulau Jawa dan Kepulauan Maluku adalah bahasa Portugis. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila banyak kosakata bahasa Portugis yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti biola (viola), meja (mesa), dan pigura (figura).

3. Kesenian

Masuknya bangsa Barat ke Indonesia juga membawa pengaruh dalam perkembangan seni arsitektur dan seni musik. Karya seni yang paling mencolok dari hasil penjajahan kolonial Belanda adalah arsitektur bangunan-bangunan.  Bangunan tersebut meliputi bangunan rumah tinggal, gedung-gedung pemerintahan, perkantoran, benteng, monumen, dan bangunan keagamaan.

Bangunan tersebut dibuat oleh arsitektur Belanda yang bekerja pada arsitek yang terkenal yaitu biro arsitek Hulswit en Fermont te Weltevreden Ed. Hasil karya biro tersebut adalah kantor pusat Javasche Bank di Jakarta dan rumah presiden direktur Javasche Bank yang kini menjadi istana wakil presiden.

Dalam seni musik, para pendatang Eropa memperkenalkan berbagai alat musik, seperti biola, selo, gitar, seruling (fluit), dan ukulele. Dari alat tersebut mereka memperkenalkan sistem solmisasi dalam berbagai karya lagu. Jenis musik yang dibawa masuk dan berkembang di Indonesia adalah Keroncong. Musik keroncong berasal dari Portugis pada abad ke-16 disebut fado (pernah populer di lingkungan perkotaan Portugis).

Baca juga: Dampak Kolonialisme dan Imperialisme di Bidang Ekonomi

Nah,itulah dia artikel tentang dampak kolonialisme dan imperalisme di bidang Budaya yaitu pakaian, bahasa, dan kesenian. Demikian artikel yang dapat freedomsiana.id bagikan tentang salah satu materi dalam pelajaran sejarah Indonesia dalam bab kolonialisme dan imperalisme. Sekian dan semoga bermanfaat.

Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *