Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

Home » Bahasa Indonesia » Contoh » Contoh Teks Negosiasi Tentang Kehidupan Sosial Masyarakat

Contoh Teks Negosiasi Tentang Kehidupan Sosial Masyarakat

3 min read

Negosiasi adalah sebuah cara yang dilakukan beberapa orang atau sekelompok orang dalam membuat dan menetapkan sebuah keputusan dalam suatu masalah yang akhirnya dapat tercapai sebuah keputusan yang dapat disepakati bersama. Negosiasi juga merupakan salah satu materi yang diajarkan di bangku sekolah dalam pelajaran bahasa indonesia khususnya jenjang SMA/SMK, dengan mempelajari matri negosiasi diharap siswa dapat bernegosiasi bukan hana disekolah melainkan di luar lingkungan sekolah. Untuk itu sebelum mempelajari lebih dalam mengenai matri negosiasi bisa baca artikel mengenai pengertian negosiasi beserta struktur dan kaidah negosiasi. Dan untuk contoh teks negosiasi bisa lihat dibawah ini.

1. Negosiasi Rencana Rabat Beton Jalan Desa

Perangkat dusun sukamaju berencana untuk malakukan rabat beton jalan dusun. Dikarenakan jumlah uang dari program  pemberdayaan desa terbatas, mereka berencana untuk menarik sejumlah dana dari penduduk dusun. Untuk menentukan besar/kecilnya jumlah dana sumbangan tiap rumah tangga mereka melakukan negosiasi dalam suatu musyawarah antarrukun tetangga.

Kepala Desa: “Selamat malam Bapak Ibu serta perwakilan antarrunkun tetangga se-dusun Sukamaju. Seperti yang telah diketahui bahwa jalan di susun kita belum representatif dalam mendukung kemudahan akses guna menunjang kesejahteraan, maka kami berencana untuk melakukan rabat beton jalan. Dikarenakan jumlah dana yang tersedia terbatas jumlahnya, maka kami berencana untuk menarik sejumlah dana dari penduduk untuk mendukung lancarnya rencana ini. Kami persilakan bagi Bapak Ibu semua yang ingin mengemukakan pendapatnya.”

Pak Aryo: “Kami sangat menyambut gembira rencana tersebut. Jalan di dusun kita memang tidak mendukung untuk upaya kemakmuran. Meski saya setuju, tetapu alangkah baiknya jika jumlah sumbangan tiap rumah tangga tidak dipikul rata. Disesuaikan dengan kondisi masing-masing rumah tangga.

Bu Hikam: “Saya sangat setuju dengan apa yang dikemukakan oleh Pak Aryo. Memikul rata besarnya jumlah dana sumbangan sungguh tidak elok. Untuk itu kita perlu mendata terlebih dahulu banyaknya rumah tangga yang tergolong mampu, menengah, dan maaf, rendah.”

Pak Deni: “Masalah pengelompokan itu nanti saja, Bu. Penting ditentukan dulu besarnya sumbangan dananya sesuai kemampuan.”

Kepala Desa: “Apa yang dikemukakan oleh Bu Hakim wajib kita pertimbangkan. Namun, apa yang dikatakan oleh Pak Deni lebih tepat untuk terlebih dahulu kita negosiasikan. Untuk mempersingkat waktu yang sudah hampir malam, saya persilakan Bapak Ibu untuk berpendapat.”

Pak Rahmat: “Kalau menurut saya untuk rumah tangga mampu Rp300.000,00 untuk yang sedang Rp.200.000,00 dan untuk yang bawah Rp100.000,00. Plus semua harus ikut kerja bakti. Bagi yang tidak mau, suruh bayar lebih saja.”

Pak Candra: “Saya setuju dengan besaran itu. Yang tidak mau ikut kerja bakti karena sibuk kerja sehingga tidak sempat diminta menyumbang lebih. Ya, tetapi yang tidak usah banyak-banyak saja.”

Kepala Desa: “Tetapi harus bisa diusahakan untuk semua bisa berpartisipasi, biar tambah kompak dusun kita ini. Ada usul lain?”

Pak Aryo: “Saya setuju dengan besarnya, Rp300.000,00, Rp200.000,00, Rp100.00,00 cukup tepat. Bagi yang tidak mau kerja bakti, kita ajak dulu agar mau. Kalau memang berhalangan, ya kita minta sumbangan lebih, Rp500.000,00 misalnya.

Kepala Desa: “Bagaimana bapak ibu sekalian?”
Bu Hikam: “Saya setuju dengan besaran dana sumbangan dan dendanya. Untuk masalah komsumsinya harap dijadwal juga gilirannya.”

Pak Deni: “Masalah pengelompokan rumah tangganya, jadwal peserta kerja bakti, dan pemasok konsumsinya serahkan saja ke RT masing-masing.”

Kepala Desa: “Bagaimana  Bapak Ibu semua?”
Semua hadirin: “Setuju.”

Kepada Desa: “Dari hasil musyawarah ini kita mufakat untuk jumlah sumbangan sesuai kemampuan yaitu Rp300.000,00, Rp.200.000,00, dan Rp100.00,00. Untuk pengelompokannya kita serahkan ke RT masing-masing dan denda Rp500.000,00 bagi yang tidak bisa mengikuti kerja bakti. Saya ketuk palu tiga kali (mengetok meja). Terima kasih untuk partisipasi Bapak Ibu sekalian.

2. Negosiasi Penerimaan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM)

Kepala Desa Margahayu bersama dengan ketua RT desa tersebut bernegosiasi membahas siapa yang tepat untuk menerima dana bantuan BLSM bagi masyarakat kurang mampu.

Kepada Desa: “Selamat malam, bapak-bapak semua. Sesuai agenda kita, pertemuan kali ini akan membahas siapa warga kita yang tepat untuk menerima dana BLSM. Penerima dana BLSM tersebut haruslah benar-benar warga dari kalangan ekonomi bawah. Bagi bapak-bapak yang ingin berpendapat, saya persilahkan.”

Ketua RT 04: “Saya telah mendata nama-nama warga yang tepat untuk mendapatkan dana tersebut. Saya mendata sekitar dua nama. Saya ingin menanyakan apakah tiap RT diberi jatah penerima yang sama?”

Kepada Desa: “Bapak-bapak, saya persilakan bagi yang ingin menanggapi pertanyaan RT 04.”

Ketua RT 03: ” Kalau menurut saya tentu tidak berdasarkan penjatahan. Warga saya di RT 03 dari sisi keadaan ekonominya jauh lebih banyak yang membutuhkan daripada warga di RT 01 misalnya. Jadi menurut saya andaikan ada RT yang warganya tidak mendapatkan bantuan tentu tidak mengapa. Dasar penentuannya adalah keadaan ekonominya.”

Ketua RT 01: “Saya satuju dengan pendapat Pak Damar. Kita harus seadil mungkin dalam melaksanakan pembagian dana ini.”

Kepada Desa: “Bagaimana Bapak-bapak? Apakah ada yang keberatan jika ada warga RT tertentu yang tidak mendapatkan dana BLSM?.

Seluruh peserta negosiasi: “Tidak.”
Kepala Desa: “Baik. Bagi Bapak-bapak yang saya persilakan untuk menuliskan nama-nama warganya!” (ketua RT menulis dalam selembar kertas).

Kepala Desa: “Silakan bagi Pak Anggaran ketua RT 02 untuk membacakan siapa calon penerimanya.”
Ketua RT 02: “Saya mencalonkan keluarga Pak Hadi, Pak Rahmat, Bu Darini, dan Pak Wisnu.”
Kepala Desa: “Ada yang keberatan?”

Ketua RT 01: “Saya kuran setuju jika Ibu Darini mendapatkan. Iya, memang dia sudah tidak memiliki suami dan masih memiliki anak kecil, akan tetapi, beliau memiliki pekerjaan yang bisa dikatakan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.”

Ketua RT 04: “Saya setuju dengan Pak Rahmat, Bu Darini tidak seharusnya mendapatkan dana tersebut.”
Kepala Desa: “Ada yang lain?”
Seluruh peserta negosiasi: “Tidak.”

Kepala Desa: “Baik, penerima BLSM untuk RT 02 adalah Pak Hadi, Pak Rahmat, dan Pak Wisnu. Silakan bagi Pak Darmadi untuk membacakan daftar penerimanya.”

Ketua RT 01: “Saya hanya mengusulkan keluarga Pak Iman dan Pak Ghani.”
Kepala Desa: “Ada yang keberatan?”
Seluruh peserta negosiasi: “Tidak.”

Kepala Desa: “Penerima dana BLSM dari RT 01 adalah  Pak Iman dan Pak Ghani. Selanjutnya, RT 03 saya persilakan.”
Ketua RT 03: “Untuk RT 03 yang merima adalah Bu Ahmadi dan Pak Hamid. Yang terakhir silakan RT 04.”

Ketua RT 04: ” Saya mengusulkan Pak Candra dan Bu Hendar.”
Kepala Desa: “Ada yang ingin menanggapi?”

Ketua RT 02: “Bagaimana kalau ditambah Pak Heri. Memang beliau mempunyai pekerjaan tetap, akan tetapi, banyak anggota keluarganya yang tidak bekerja. Jadi, menurut saya dia pantas memperoleh.”

Ketua RT 03: “Saya setuju apabila Pak Heri juga memperoleh.”
Kepala Desa: “Baik, untuk RT 04 yang menerima adalah Pak Candra, Bu Hendar, dan Pak Hari. Ada yang ingin berpendapat?”

Seluruh peserta negosiasi: “Tidak.”
Kepala Desa: “Baik, Berdasarkan hasil negosiasi pada kesempatan ini, kita telah menyetujui bahwa penerima dana BLSM untuk desa kita adalah Pak Hadi, Pak Rahmat, Pak Wisnu, Pak Iman, Pak Ghani, Bu Hamid, Pak Candra, Bu Hendar, dan Pak Heri. Terima kasih atas partisipasi bapak-bapak sekalian. Semoga apa yang kita lakukan pada kesempatan kali ini bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat desa kita. Selamat malam.”

Nah itulah dua contoh teks negosiasi mengenai masyarakat, demikian artikel informasi yang dapat saya bagikan untuk anda dan selamat mencoba.

Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *