Koleksi Museum Sasana Wiratama Yogyakarta
Museum Sasana Wiratama merupakan salah satu museum yang terletak di Yogyakarta. Museum ini terletak di daerah Tegal Rejo. Museum ini sebelumnya merupakan tempat kediaman Pangeran Diponegoro dan lokasi tempat museum ini sebagian merupakan hibah dari masyarakat sekitar. Dana untuk pembenahan museum ini berasal dari Museum Pusat Jakarta/BARAHMUS (Badan Musyawarah Museum). Petugas di museum ini mayoritas ABRI. Museum ini menceritakan tentang Pangeran Diponegoro melawan penjajah. Terdapat juga anak panah pelengkap perang di dalam museum ini (berbagai macam anak panah yang digunakan Pangeran Diponegoro untuk mengusir panjajah), dan senapan lantak yang digunakan tentara Belanda.
Koleksi Museum Diponegoro berjumlah 100 buah, yang terdiri dari berbagai senjata asli laskar Diponegoro mulai dari senjata perang, koin, batu akik hingga alat rumah tangga. Berbagai senjata seperti tombak, keris, pedang, panah bandil (semacam martil yang terbuat dari besi), patrem (senjata prajurit perempuan), hingga candrasa (senjata tajam yang bentuknya mirip tusuk konde) yang biasa digunakan telik sandi (mata-mata) perempuan, sedangkan sejumlah alat rumah tangga buatan tahun 1.700-an yang terbuat dari kuningan terdiri dari empat sirih dan kocoha-nya (tenpat membuang ludah), tempat cating (alat untuk membatik), teko bingsing, bokor, hingga berbagai bentuk kacip (alat pembelah pinang untuk makan sirih).
Di museum ini juga tersimpan dua senjata keramat, yaitu sebuah keris dengan lekukan 21 bernama Kyai Omyang, buatan seorang empu yang hidup pada masa Kerajaan Majapahit dan pedang yang berasal dari Kerajaan Demak. Kedua patung Ganesha berukuran kecil, tali kuda untuk menarik kereta kuda pemberian Hamengkubuwana VII, sepasang Loro Blonyo serta sepasang lampu hias.
Di dalam pendopo bisa dilihat seperangkat alat gamelan milik Hamengkubuwana II berupa ketipung (gendang kecil) dan wilahan bonang penembang yang terbuat dari kayu dan perunggu berwarna merah dan kuning. Seluruh wilahan atau besinya masih asli, hanya kayu gamelan saja yang sudah diganti karena lapuk termakan usia. Juga terdapat sepasang meriam di depan serta satu meriam di sebelah timur pendopo. Selain tembok jebol, padasan dan batu comboran, peninggalan Pangeran Diponegoro lainnya terdapat di Magelang (Kitab Alquran, cangkir, teko, jubah Pangeran Diponegoro serta empat kursi satu meja), di Museum Satria Mandala Jakarta (pelana kuda dan tombak) serta sebuah keris milik Pangeran Diponegoro yang belum dikembalikan dan masih disimpan di Belanda.