Pengertain Husnuzan – Berprasangka ada dua macam yaitu berprasangka baik (husnuzan), dan berprasangka buruk (suuzan). Husnuzan merupakan akhlak karimah atau akhlak mahmudah yang artinya akhlak terpuji. Kewajiban untuk berprasangka yang baik kepada Allah swt. dan rasul-Nya. Allah telah memberikan karunia nikmat yang tiada terkira kepada kita. Dan Allah swt. membuktikan segala takdirnya kepada manusia, pasti ada hikmahnya, dan menyakini bahwa hal itulah yang terbaik untuk kita.
Manusia harus berbaik sangka kepada Allah swt. dalam setiap usaha yang dilakukannya. Allah swt. akan memberikan yang terbaik baginyam terlepas dari hasilnya manusia hanya berusaha sedangkan keputusan ada di tangan Allah swt.
Sikap husnuzan terhadap Allah swt. dapat berbentuk sabar terhadap cobaan yang menimpa kita. Tidak menganggap Allah swt. tidak adil terhadap kita, selalu berikhtiar (selalu berusaha) dan doa serta tawakal (berserah diri) kepada Allah swt. Apapun yang terjadi di akhir, itu merupakan takdir dari Allah swt., kita harus sabar dan selalu berusaha, berdo’a, dan tawakal.
Berprasangka baik merupakan sifat pokok yang harus dimiliki oleh seorang yang beriman. Oleh karena itu, Nabi Muhammad saw. berpesan agar umatnya benar-benar memiliki sikap husnuzan dan menjauhi sifat suuzan. berikut berwujudan sikap husnuzan kepada Allah swt.
Daftar Isi
Perwujudan Sikap Husnuzan Kepada Allah swt.
Menurut terminologinya, husnuzan terdiri dari dua bagian, yaitu husnuzan kepada Allah swt. dan kepada sesama manusia. Di antara perwujudan sikap husnuzan kepada Allah adalah sebagai berikut.
1. Ikhlas
Ikslas menurut bahasa adalah bersih, murni, tidak bercampur dengan yang lain atau lurus. Sedangkan secara istilah adalah ketulusan hati dalam melaksanakan suatu perbuatan yang baik semata-mata hanya karena Allah swt. dan mengharapkan rida-Nya.
2. Tawakal
Tawakal menurut bahasa adalah berserah diri kepada kehendak Allah swt., percaya diri dengan sepenuh hati kepada Allah swt. dalam penderitaan dan sebagainya. Sedangkan tawakal menurut istilah adalah suatu sikap hati, tindakan dan perbuatan seorang hamba dalam berserah diri kepada Allah swt., percaya diri dengan sepenuh hati kepada-Nya dengan hasil baik atau buruk yang didapat setelah ia melakukan ikhtiar.
3. Tasyakur dan Qanaah
Tasyakur berasal dari kata dasar syakara-yaskuru-syukran yang artinya terima kasih atau ucapan terima kasih kepada Allah swt. Sedangkan syukur menurut istilah adalah suatu ucapan terima kasih kepada Allah swt. karena telah terlepas dari marabahaya, mendapat kesenangan dan lain sebagainya yang disertai dengan tindakan dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan qanaah mengandung arti bahwasanya seorang rela menerima apa adanya dan menjauhkan diri dari sikap tidak puas yang berlebihan.Walaupun demikian, bukan berarti ia harus bermalas-malasan.
4. Tadarru’ dan Khusyuk
Tadarru’ menurut bahasa adalah kesederhaan atau kerendahan hati. Sedangkan menurut ustilah adalah suatu sikap sederhana dan kerendahan hati yang direalisasikan dengan perbuatan kepada Allah swt. dan kepada sesama manusia. Khusyuk menurut bahasa ialah sungguh-sungguh, penuh penyerahan dan kebulatan hati. Sedangkan menurut istilah adalah suatu sikap yang sungguh-sungguh penuh penyerahan dan kebulatan hati dalam melakukan suatu ibadah hanya kepada Allah swt. semata.
5. Ar-Raja’
Ar-Raja’ merupakan sikap optimis. Allah swt. memerintahkan kepada hambanya untuk mempunyai sikap optimis.
6. Memiliki Sifat Malu
Salman Al-Farisi mengatakan. “Seandainya aku mati, kemudian aku hidup kembali lalu mati dan hidup kembali, sampai tiga kali, itu lebih aku sukai daripada aku melihat aurat seseorang atau melihat auratku”. Sayyidina Ali karramallahu wajhah, dalam hal ini juga mengatakan “Allah mengutuk orang yang melihat aurat orang lain dan yang dilihat auratnya sendiri.