Cara menyusun teks khotbah jumat – Tidak seperi di jaman dulu, saat ini melakukan sesuatu bisa dilakukan dengan tidak secara langsung, salah satunya adalah Khutbah atau dakwah. Karena sekarang sudah banyak acara keagamaan di televisi khususnya khutbah dan dakwah. Dan hal ini bertujuan agar semua orang bisa menyaksikan acara dakwah walaupun tidak secara langsung agar memahami dan mendalami agama Islam.
Kata khutbah sendiri berasal dari bahasa Arab “khotbah” dari kata dasar masdar yang artinya pidato atau ceramah. Sampai saat ini, makna yang melekat dari kata khutbah itu adalah pidato yang berisi tentang keagamaan. Oleh karena itu, kegiatan khutbah itu sering hanya ditujukan kepada mereka yang sedang membacakan pidato keagamaan pada hari Jumat, atau Idulfitri dan Iduladha. Padahal, pidato yang di luar kegiatan agama atau yang berisikan tantang agama pun dapat dikatakan sebagai kegiatan khutbah karena kata khutbah mengandung arti pidato atau ceramah.
Daftar Isi
Cara Menyusun Teks Khutbah Jumat dan Dakwah
Ada lima tahap atau langkah yang dapat dilakukan dalam menyusun teks khutbah atau dakwah, yaitu sebagai berikut.
1. Menentukan Tujuan
Setiap khutbah atau dakwah harus memiliki tujuan yang ingin disampaikan. Dengan tujuan tersebut, kemudian seorang khatib atau dai akan menyampaikan pesannya secara terarah dan elebih efektif.
2. Menentukan Topik
Penentuan topik ini, mulai dari skala umum, kemudian sampai pada topik khusus yang akan dikembangkan dalam teks khutbah.
Dalam menyusun topik ini harus diperhatikan aspek-aspek berikut.
- Kelompok pendengar (mustamik atau audiensi). Khutbah atau dakwah di depan anak remaja topik pembahasannya berbeda dengan mustamik yang berasal dari kelompok dewasa.
- Kepentingan dan kemampuan. Seseorang yang akan menyampaikan khutbah jangan memaksakan diri untuk menyampaikan materi yang tidak dikuasanya. Perhatikan kemampuan dan kepentingan kita dalam menyampaikan masalah kepada umat.
- Timing. Khutbah atau dakwah yang baik yaitu sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan umat saat itu. Karena lamanya waktu, keaktualan bahasan merupakan hal yang penting yang harus diperhatikan.
3. Menentukan Outline.
4. Memilih Kata
- Gunakan istilah umum.
- Gunakan kata-kata yang sederhana.
- Berhemat dalam penggunaan kata-kata.
- Hati-hati dalam menggunakan istilah serapan.
- Hindari istilah vulgar atau yang tidak sopan.
- Jangan menggunakan kata penjulukan (nama calling)
- Jangan menggunakan eufemisme (ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar) yang berlebihan.
5. Merumuskan Pembukaan
- Dalam agam Islam, pembukaan khutbah atau dakwah harus diawali dengan basmalah, syahadat, selawat, dan ajakan untuk meningkatkan keimanan kepada Allah Swt.
- Setelah membaca hal-hal tersebut, pembukaan khutbah dapat dilakukan dengan cara merujuk pada tempat dilaksanakan kegiatan.
- Merujuk pada pekerjaan, tugas, atau profesi ketika berbicara.
- Bila kita berdakwah dalam acara tertentu, maka membuka dakwah dapat dilakukan dengan cara merujuk pada tema secara langsung.
- Mengawali khutbah dengan sebuah kisah, baik dari riwayat nabi, sahabat maupun pengalaman dirinya sendiri.
- Menggunakan yel, pekik atau sapaan yang familiar di masyarakat Indonesia, misalnya saja kalimat “Allahu Akbar”.
6. Menyampaikan Kesimpulan dan Saran
- Menutup dengan doa. Model ini merupakan bentuk baku yang dianjurkan dalam ajaran Islam.
- Pada zaman perjuangan, para elite politik Indonesia dalam mengakhiri sambutannya sering menggunakan yel-yel atau pekik kemerdekaan yang dapat menumbuhkan semangat juang, misalnya dengan kalimat, “merdeka!!! Terima kasih, wassalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh“.
- Menutup dakwah dengan hadis atau ayat Alquran yang dapat dijadikan bahan tafakur.