Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

Home » Sejarah » Soemitro Djojohadikoesoemo – Biografi, Perjuangan dan Peran

Soemitro Djojohadikoesoemo – Biografi, Perjuangan dan Peran

1 min read

Siapa sih Soemitro Djojohadikoesoemo itu? Soemitro Djojohadikoesoemo merupakan salah seorang ekonom Indonesia yang terkenal dan mantan menteri keuangan periode 1952-1953. Beliau juga merupakan ayah dari Prabowo Subianto (Mantan Danjen Kopasus dan Menteri Pertahanan).

Soemitro Djojohadikoesoemo menjadi salah satu orang yang berjasa besar dalam memperjuangkan pengakuan kedaulatan Indonesia pada jalur diplomasi. Dimana Soemitro Djojohadikoesoemo menjadi perwakilan Indonesia dalam Sidang PBB 1946. Adapun biografi Soemitro Djojohadikoesoemo sebagai berikut.

Biografi Soemitro Djojohadikoesoemo

Soemitro Djojohadikoesoemo adalah salah seorang ekonom andal Indonesia dan mantan menteri keuangan Indonesia periode 1952 hingga 1953. Selain menjadi Menteri Keuangan, beliau juga pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan dan Perindustrian dan Menteri Negara Rise.

Soemitro Djojohadikoesoemo merupakan anak dari Raden Mas Margono Djojohadikusumo yaitu pendiri Bank Nasional Indonesia (BNI) dan anggota BPUPKI. Soemitro Djojohadikoesoemo juga merupakan ayah dari Prabowo Subianto (Mantan Danjen Kopasus dan Menteri Pertahanan)

Soemitro Djojohadikoesoemo meraih gelar doktor ekonomi dari Nederlandsche Economische Hogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, Belanda pada tahun 1943. Setelah pulang ke Indonesia tahun 1946 beliau diangkat menjadi staf Perdana Menteri Sultan Syahrir dan bergabung ke Partai Sosialis Indonesia.

Peran dan Perjuangan Soemitro Djojohadikoesoemo

Soemitro Djojohadikoesoemo merupakan salah seorang ekonom terbaik Indonesia. Meskipun memiliki latar belakang pendidikan ekonomi, namun Soemitro Djojohadikoesoemo menyumbangkan peran penting dalam memperjuangkan diplomasi bangsa Indonesia.

Perjuangan Soemitro Djojohadikoesoemo dimulai saat ia. menempuh pendidikan di Belanda. Saat itu tersiar berita tentang memanasnya hubungan Indonesia-Belanda. Bahkan, permasalahan tersebut dibahas secara khusus dalam sidang PBB London pada 1946.

Mendengar berita itu, Soemitro Djojohadikoesoemo membulatkan tekad kembali ke Indonesia untuk membantu perjuangan pengakuan kedaulatan Indonesia. Setibanya di Indonesia, Soemitro ditunjuk menjadi salah satu delegasi Indonesia dalam sidang Dewan Keamanan PBB di Lake Success, Amerika Serikat pada Agustus 1947 bersama dengan Sutan Syahrir, Agus Salim, Charles Tambu, dan Soedjatmoko.

Hasil Sidang Keamanan PBB 1946

Bersama dengan delegasi lainnya, Soemitro Djojohadikoesoemo menghimpun perhatian PBB untuk membantu menuntaskan konflik Indonesia-Belanda. Perjuangan delegasi Indonesia membuahkan hasil setelah PBB mengeluarkan resolusi sebagai berikut.

  1. Mengajak Indonesia dan Belanda untuk menghentikan aksi tembak-tembakan.
  2. Meminta Indonesia dan Belanda untuk menyelesaikan pertikaian melalui badan perwasitan (arbitrase)
  3. Mengharapkan Indonesia dan Belanda untuk menyelesaikan konflik dengan cara-cara damai.

Menindaklanjuti resolusi PBB, Soemitro Djojohadikoesoemo menjelaskan satu-satunya cara untuk menuntaskan konflik Indonesia-Belanda adalah membentuk komisi pengawasan perdamaian. Soemitro Djojohadikoesoemo juga mendesak Dewan Keamanan PBB untuk menerima usul Australia terkait penarikan Belanda dari wilayah Indonesia.

Pernyataan Soemitro Djojohadikoesoemo mendapat dukungan dari delegasi negara lain seperti Amerika Serikat, Brasil, Kolombia, Polandia, Ukraina dan Suriah. Akan tetapi usulan tersebut di-veto oleh Prancis karena dianggap hanya menguntungkan bagi Indonesia.

Baca juga: Agus Salim – Biografi, Perjuangan dan Peran

Nah itulah dia artikel tentang biografi Soemitro Djojohadikoesoemo yang sangat berjasa besar bagi Indonesia, khususnya dalam bidang diplomasi. Demikian artikel yang dapat freedomsiana.id bagikan dan semoga bermanfaat.

Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *