Indonesia adalah negara yang sangat kaya. Bukan hanya kaya dari hasil alam tetapi juga dalam keberagaman. Indonesia menjadi negara dengan pulau terbanyak di dunia, yaitu 17.508 pulau yang dihuni lebih dari 360 suku bangsa.
Suku-suku yang ada di Indonesia tersebut mempunyai keberagaman masing-masing, mulai dari alat musik, lagu daerah, pakaian adat dan rumah adat. Salah satu keunikan dari suku yang ada di Indonesia adalah alat musik. Pertanyaannya! alat musik kolintang berasal dari?
Alat Musik Kolintang Berasal dari?
Kolintang adalah alat musik khas daerah di Indonesia yang berasal dari Minahasa, Sulawesi Utara.
Alat musik Kolintang merupakan alat musik yang terbuat dari bahan dasar kayu yang jika dipukul dapat mengeluarkan bunyi yang cukup panjang dan dapat mencapai nada-nada tinggi ataupun rendah.
Kayu yang umum digunakan untuk membuat alat musik kolintang diantaranya kayu telur, bandaran, wenang, kakinik atau sejenisnya (jenis kayu yang agak ringan tapi cukup padat dan serat kayunya tersusun sedemikian rupa membentuk garis-garis sejajar).
Musik Tradisonal Khas Minahasa “KOLINTANG”
Dinamakan “Kolintang” karena alat musik ini jika dipukul akan mengeliarkan bunyi: Tong (nada rendah), Ting (nada tinggi) dan Tang (nada tengah). Jadi nama kolintang berasal dari bunyi alat musik ini jika dipukul/
Dahulu Dalam bahasa daerah Minahasa untuk mengajak orang bermain kolintang: “Mari kita ber Tong Ting Tang” dengan ungkapan “Maimo Kumolintang” dan dari kebiasaan itulah muncul nama “KOLINTANG” untuk alat yang digunakan bermain.
Musik kolintang sebagai peninggalan produk seni musik tradisional yang unik untuk didengarkan dan berkembang sebagai sarana hiburan untuk dinikmati serta media penerapan pendidikan musik di Indonesia, khusunya di Kota Manado.
Sejarah Perkembangan Alat Musik Kolintang
Pada awal perkembangannya, alat musik kolintang hanya terdiri dari beberapa potong kayu yang diletakkan berjejer diatas kedua kaki pemainnya dengan posisi duduk di tanah, dengan kedua kaki terbujur lurus kedepan.
Dengan berjalannya waktu kedua kaki pemain diganti dengan dua batang pisang, atau kadang-kadang diganti dengan tali seperti arumba dari Jawa Barat. Sedangkan penggunaan peti sesonator dimulai sejak Pangeran Diponegoro berada di Minahasa (th.1830). Pada saat itu, konon peralatan gamelan dan gambang ikut dibawa oleh rombongannya.
Pemakaian kolintang erat hubungannya dengan kepercayaan tradisional rakyat Minahasa, seperti dalam upacara-upacara ritual yang berhubungan dengan pemujaan arwah para leluhur. Itulah sebabnya dengan masuknya agama kristen di Minahasa, eksistensi kolintang demikian terdesak bahkan hampir menghilang sama sekali selama kurang lebih 100 tahun terakhir.
Setelah Perang Dunia II, barulah kolintang muncul kembali yang dipelopori oleh Nelwan Katuuk (seorang yang menyusun nada kolintang menurut susunan nada musik universal). Pada mulanya hanya terdiri dari satu Melody dengan susunan nada diatonis, dengan jarak nada 2 oktaf, dan sebagai pengiring dipakai alat-alat “string” seperti gitar, ukulele dan stringbas.
Tahun 1954 kolintang sudah dibuat 2 ½ oktaf (masih diatonis). Pada tahun 1960 sudah mencapai 3 ½ oktaf dengan nada 1 kruis, naturel, dan 1 mol. Dasar nada masih terbatas pada tiga kunci (Naturel, 1 mol, dan 1 kruis) dengan jarak nada 4 ½ oktaf dari F s./d. C.
Dan pengembangan musik kolintang tetap berlangsung baik kualitas alat, perluasan jarak nada, bentuk peti resonator (untuk memperbaiki suara), maupun penampilan. Saat ini Kolintang yang dibuat sudah mencapai 6 (enam) oktaf dengan chromatisch penuh.
Nah itulah dia artikel tentang asal alat musik kolintang beserta sejarah dan perkembangannya. Demikian artikel yang dapat freedomsiana.id bagikan tentang salah satu alat musik tradisional Indonesia dan semoga bermanfaat.