Indonesia menjadi salah satu negara di dunia yang sering terjadi gempa bumi. Gempa bumi adalah peristiwa pelepasan energi seismik dari pusat gempa dalam perut bumi.
Pelepasan energi tersebut melalui perambatan gelombang seismik dari sumber gempa menuju ke permukaan bumi yang menimbulkan efek dalam bentuk getaran tanah (groundshaking), dimana kamu berpijak yang kadang ratusan kilometer jauhnya.
Gempa bumi umumnya disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng-lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar.
Indonesia sendiri berada di pertemuan 3 Lempeng Bumi, yaitu lempeng Pasifik, lempeng Eurasia, dan lempeng Indo-Australia. Besar kecilnya gempa umumnya tergantung pada besar tekanan yang terjadi karena pergerakan lempeng ini.
Lalu apa nama alat yang digunakan untuk mengukur gempa bumi? Berikut jawaban dan penjelasannya.
Alat Pengukur Gempa Bumi
Alat yang digunakan untuk mengukur gempa bumi adalah seismograf. Seismograf adalah alat yang digunakan untuk mencatat gempa bumi yang mana seismometer adalah sensor dari seismograf.
Seismograf terdiri dari gantungan pemberat yang ujungnya lancip seperti pensil. Dengan perangkat ini, akan dapat diketahui kekuatan dan arah gempa melali gambaran gerakan bumi yang di catat dalam bentuk seismogram.
Istilah Seismometer berasal dari bahasa Yunani “seismos” yang artinya gempa bumi dan “metero” yang artinya mengukur.
Seismometer adalah sebuah alat atau sensor getaran yang digunakan untuk mendeteksi gempa bumi dan getaran yang terjadi pada permukaan tanah. Hasil rekaman dari alat seismometer disebut dengan seismogram.
Seismogram adalah rekaman gerakan tanah berbentuk grafik aktivitas gempa bumi sebagai fungsi waktu yang dihasilkan oleh seinsmometer. Rekaman ini juga dapat digunakan untuk menentukan magnitudo hempa. Selain itu, berdasarkan seismogram yang direkam di tempat lain bisa menentukan dimana pusat gempa atau posisi gempa tersebut terjadi.
Cara Kerja Seismograf
Berdasarkan cara kerjanya, Seismograf memiliki instrumen sensitif yang dapat mendeteksi gelombang seismik yang dihasilkan oleh gempa bumi. Dimana gelombang seismik yang terjadi selama gempa terjadi akan tergambar sebagai garis bergelombang dalam seismogram.
Seismograf dulu hanya dapat mendeteksi gerakan secara horizontal, tetapi saat ini sudah bisa merekam gerakan secara vertikal dan lateral. Seismograf pada dasarnya menggunakan dua gerakan, yaitu gerakan mekanik dan elekromagnetik seismographer.
Kedua gerakan tersebut bisa mendeteksi gerakan vertikal atau gerakan horizontal, tetapi masih tergantung dari pendular yang digunakan apakah vertikal atau horizontal.
Sedangkan pada Seismograf modern menggunakan elekromagnetik seismographer untuk memindahkan volatilitas dari sistem kawat tarik ke suatu daerah magnetis. Selain itu, peristiwa-peristiwa yang menimbulkan getaran, contohnya seperti gempa bumi dapat dideteksi melalui spejlgalvanometer seismograf.
Sejarah Alat Pengukur Gempa Bumi
Sebelum ada seismograf, sudah ada alat untuk mengukur gempa bumi pada pertengahan abad ke-18 yang disebut dengan seismokop.
Seimokop adalah sebuah peralatan perekam yang paling primitif yang terdiri dari sebuah kontainer sederhana berisi air atau air raksa. Dimana jika terjadi gempa, cairan tersebut akan bergerak baik-turun akibat terjadinya getaran gempa yang sedang terjadi.
Kemudian pada tahun 1920, terjadi terobosan besar untuk pengukuran gempa bumi, dimana dua ilmuan asal Amerika Serikat mengembangkan sebuah alat yang dinamakan Wood-Anderson seismograf.
Alat ini lebih sensitif dibandingkan dengan seismograf pada masa itu, sehingga langsung banyak digunakan oleh beberapa negara di seluruh dunia dan menjadi cikal bakal seismograf yang sekarang ada saat ini.
Baca juga: Nama Alat Pengukur Gaya
Nah itulah dia artikel tentang a;at penguku gempa bumi atau seismograf beserta penjelasan dna sejarahnya. Demikian artikel yang dapat freedomsiana.id bagikan dna semoga bermanfaat.